- Antara Foto
Waspadai Kenakan Harga Beras Berlanjut! Tertinggi Dalam 15 Tahun, Harga Beras Dunia Sudah Naik 41,3 Persen Akibat El Nino
Jakarta, tvOnenews.com - Mahalnya harga beras diperkirakan terus berlanjut dalam setahun ke depan. Proyeksi berlanjutya El Nino hingga Kuartal II-2024 yang akan berganti dengan La Nina di akhir tahun, berpotensi menghambat produksi beras di negara negara eksportir seperti Thailand, India, dan China.
Dalam laporan terbarunya, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyebutkan fenomena El Nino dan La Nina akan membuat curah hujan terbatas di kawasan negara produsen dan ekportir beras selama periode 2023 - 2024.
"Untuk mengurangi dampak (kekeringan) pada hasil panen, beberapa negara diperkirakan akan memangkas kawasan tanam. Di Thailand, petani sudah diminta untuk mengurangi penanaman beras untuk menghemat air di tengah rendahnya curah hujan," jelas Ekonom ADB Albert Park, Kamis(11/4/2024).
Selain itu, berlanjutnya larangan ekspor beras oleh India, diperkirakan akan terus mendorong naknya harga beras di 2024.
Ancaman kenaikan harga beras ini diperkirakan akan menekan perekonomian, terutama dari sisi inflasi di kawasan Asia yang diperkirakan akan tetap tinggi di level 3,2 persen di 2024, dan 3,0 persen di 2025.
Selain akibat harga beras, kenaikan biaya pengapalan global akibat serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan kekeringan di Terusan Panama, kemungkinan juga dapat menambah inflasi di Asia.
Tertinggi Dalam 15 Tahun
Kenaikan harga beras telah terjadi sejak tahun 2020 lalu dan terus berlanjut di tahun ini. Harga acuan beras Thailand telah melonjak hingga 41,3 persen, dari 457 dolar AS per ton di Desember 2022, menjadi 660 dolar AS per ton pada bulan Januari 2024 lalu.
"Meski (harga beras) sempat turun ke level 613 dolar AS per ton di Maret 2024, hal ini masih menunjukkan kenaikan 29 persen dibandingkan dengan kondisi Maret 2023," demikian jelas Albert Park.
Kenaikan harga beras di tingkat dunia saat ini merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir, atau sejak tahun 2018 lalu.
Selain dipicu larangan ekspor beras oleh India dan Vietnam, naiknya harga beras ini juga dipicu oleh aksi beli panik atau panic buying dari Filipina.
Sejak Juli 2023 lalu, India yang menguasai 40 persen pasar ekspor beras dunia, telah memutuskan untuk menghentikan ekspor berasnya untuk mengantisipasi ancaman kekeringan akibat El Nino.
Sementara Filipina melaporkan pada Maret 2024, El Nino telah menyebkan kerugian beras senilai 1,2 juta peso, atau sekitar Rp350 miliar di sektor pertanian beras.
Lonjakan Harga Domestik
Akibat naiknya harga beras dunia, beberapa negara importir beras telah mengalami lonjakan harga beras dalam setahun terakhir, termasuk di Indonesia dimana inflasi beras hampir mencapai 20 persen pada akhir 2024.
Lonjakan harga beras juga dialami sejumlah negara importir di awal 2024, seperti Malaysia (4,7 persen), Pakistan (39,8 persen), dan Filipina (22,6 persen).
Bakan di negara eksportir, kenaikan harga beras yang lebih besar juga terjadi seperti di Kamboja (55,0 presen, Myanmar (72,9 persen), dan Vietnam (48,9 persen).
Di tengah melonjaknya harga beras, ADB menyarankan kepada negara - negara konsumen, agar program subsidi beras tetap dilanjutkan untuk menjaga daya beli masyarakat rentan.
Selain itu, ADB menyarankan agar pemerintah memperkuat upaya pengawasan transparansi pasar, untuk menghindari terjadinya manipulasi harga dan upaya penimbunan beras.
Dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan perlu difokuskan pada penciptaan cadangan beras strategis untuk menstabilkan harga, mempromosikan pertanian berkelanjutan dan diversifikasi tanaman pangan, serta berinvestasi pada teknologi dan infrastruktur agrikultur guna meningkatkan produktivitas.
"Kerja sama regional juga dapat membantu dalam mengelola harga beras dan dampaknya," jelas Alber Park dalam laporan tersebut.