- Didi Syachwani
Kado Pahit Akhir Tahun untuk Petani Rotan di Kotim, Harga Anjlok Cuma Rp3.500 per Kilo
Kotim, Kalimantan Tengah - Jelang tutup tahun 2021, para petani dan pengepul rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) mendapat kado pahit. Harga rotan mentah yang dulunya dianggap cukup menjanjikan yakni hingga mencapai Rp7.500 per kilogram di tingkat pengepul, tapi dalam 3 minggu terakhir ini harganya terus mengalami penurunan.
"Puncaknya adalah sekarang ini, harga rotan anjlok hanya dihargai Rp3.500 saja per kilogramnya," kata Dahlan Ismail, pengepul rotan di wilayah Kecamatan Kotabesi, Senin (27/12/2021)
Menurutnya, anjloknya harga rotan ini adalah pukulan yang cukup berat bagi para pekerja rotan. Bisa dibayangkan, petani akhirnya dapat apa jika ditingkat pengepul saja harganya cuma sebesar itu.
Para pengepul sebenarnya punya strategi mudah agar tidak mengalami kerugian, yaitu membatasi pembelian rotan dari petani, tapi mereka juga harus memikirkan nasib petani rotan yang selama ini sudah menjadi mitra mereka.
"Jujur saja kami sebenarnya tidak mau lepas tangan begitu saja membiarkan petani menderita, tapi apa yang bisa kami harapkan jika harga jualnya sangat rendah," ujarnya prihatin.
Bila tetap dipaksakan menampung rotan dari petani, sambung Dahlan, justru mereka yang bakalan mengalami rugi besar, sebab akan terjadi penyusutan kualitas dan pasti harganya anjlok.
Adapun penyebab penurunan harga rotan ini adalah akibat tidak adanya permintaan rotan kualitas ekspor dari daerah-daerah yang selama ini membeli rotan dari Kotim, khususnya dari pulau Jawa.
"Saat ini kebetulan lagi liburan Natal dan Tahun Baru, sehingga tidak ada kegiatan penjualan rotan ke luar negeri," terang Dahlan.
Dan situasi ini diperkirakannya akan bertahan hingga bulan Februari 2022 mendatang atau setelah perayaan Hari Raya Imlek nanti. Tapi jangan dianggap setelah itu harga rotan langsung melejit, naiknnya nanti pasti secara perlahan-lahan dan lama.
Selama ini pekerja rotan di Kotim memang hanya mengandalkan penjualan rotan mentah keluar daerah, sebab di Kotim sendiri tidak ada usaha kerajinan atau pengolahan rotan yang memadai dan mampu membeli rotan dengan jumlah besar.
"Kita banyak memiliki rotan, tapi di sini tidak ada pembelinya, terpaksa kita jual secara mentah," pungkasnya. (Didi Syachwani/act)