Seteleh Melemah Sejak Pekan Lalu, Rupiah Akhirnya Berbalik Rebound dan Menguat ke Rp16.184 per dolar AS.
Sumber :
  • Antara Foto

Seteleh Melemah Sejak Pekan Lalu, NIlai Tukar Rupiah Akhirnya Berbalik "Rebound" dan Menguat ke Rp16.184 per dolar AS

Kamis, 18 April 2024 - 08:41 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terjadi sejak sebelum lebaran 2024 lalu akhirnya mulai mereda dan berbalik menguat, rebound. Seiring dengan tertahannya penguatan dolar AS di pasar global, nilai tukar rupiah mulai berbalik menguat. 

Pada hari Kamis (18/4/2024) ini, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau mulai menguat ke level Rp16.184 per dolar AS, lebih tinggi 56 poin atau 0,34 persen dibandingkan dengan kurs tengah rupiah (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia kemarin.

Penguatan Rupiah ini menjadi titik balik,  setelah rupiah melemah dalam enam hari berturut - turut, atau sejak sebelum Lebaran 2024. Anjloknya nilai tukar, sebelumnya telah membuat Rupiah berada di level terendahnya sejak pandemi Covid-19.

Penguatan kurs rupih hari ini masih dipengaruhi oleh faktor global, dimana reli mata uang dolar Amerika Serikat yang terjadi sejak awal bulan, mulai tertahan. 

Untuk pertama kalinya dalam enam hari terakhir, indeks dolar terhadap mata uang global mengalami koreksi. Namun, pelemahan ini diduga hanya bersifat sesaat dan teknis, dimana pelaku pasar mulai berkonsolidasi setelah dolar menguat cukup tinggi. 

Dar Amerika Serikat, pelaku pasar masih mencermati dampak dari sikap Bank Sentral, The Federal Reserve yang mengungkapkan bahwa rencana penurunan suku bunga akan kembali tertunda.

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa era suku bunga tinggi masih akan dipertahankan jika gejolak inflasi di negeri tersebut belum bisa terkendali. 

Kemarin, indeks dolar AS telah turun 0,4 persen dan meninggalkan level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Sejak 2024, penguatan dolar AS telah mencapai 4,7 persen. 

Dalam jangka pendek, penguatan dolar AS diperkirakan masih akan tetap terjadi. Mata uang ini diperkirakan akan tetap menjadi pilihan, seiring dengan tingginya tingkat suku bunga di Amerika Serikat. 

Sebaliknya dari Eropa, Gubernur Bank Sentral Eropa telah memberi sinyal akan melakukan pemangkasan suku bunga, setelah tingkat inflasi di kawasan tersebut mulai bergerak turun. 

Sentimen terhadap penguatan dolar juga masih datang dari gejolak geopolitik di Timur Tengah. Ancaman ekskalasi konflik Iran - Israel dikhawatirkan akan kembali membuat investor mencari instumen yang paling aman, atau safe haven. 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:33
07:01
06:26
01:11
02:39
02:22
Viral