- Antara Foto
Hadapi Gejolak Rupiah Akibat Konflik Iran - Israel, Ekonom Menilai Kenaikan Suku Bunga Menjadi Opsi Terakhir Bank Indonesia
Jakarta, tvOnenews.com - Untuk menghadapi dampak dari gejolak di pasar keuangan terhadap nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia (BI) ternyata masih memiliki beberapa pilihan, termasuk opsi terakhir untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI-Rate).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai anjloknya nilai tukar rupiah setelah Lebaran 2024 terutama disebabkan oleh faktor global, dimana tekanan terhadap nilai tukar hampir terjadi di seluruh negara akibat memanasnya konflik Iran - Israel.
Oleh sebab itu, Josua Pardede menilai, Bank Indonesia tidak perlu terburu - buru untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan BI-Rate. Apalagi, pelemahan rupiah juga sudah terjadi secara bertahap hingga sekitar 5 persen sejak awal tahun (ytd/year to date).
Menurut Josua Pardede, kenaikan suku bunga acuan atau BI-Rate merupakan opsi terakhir bagi bank sentral untuk menjaga nilai tukar. Di tengah kondisi global yang bergejolak saat ini, kenaikan suku bunga belum tentu efektif menahan jatuhnya nilai tukar rupiah.
"Terakhir kali BI menaikkan BI-Rate atau pada Oktober 2023, rupiah secara tren terus melemah sampai dengan 7,65 persen," kata Josua Pardede di Jakarta, Senin (22/4/2024).
Selain kenaikan suku bunga acuan, Josua Pardede melihat sebenarnya Bank Indonesia masih punya cukup amunisi dari cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 tetap tinggi sebesar 140,4 miliar dolar AS.
Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, sebenarnya Bank Indonesia masih mempunyai amunisi yang cukup banyak atau kuat ditopang oleh cadangan devisa yang masih terbilang relatif tinggi," kata Josua Pardede.
BI-Rate Diperkirakan Tetap
Untuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan April 2024 pekan ini, Josua Pardede memperkirakan bahwa BI masih berpeluang mempertahankan BI-Rate pada level 6 persen.
Selain karena pelemahan rupiah saat ini akibat tekanan geopolitik Timur Tengah yang meningkat dan data-data indikator ekonomi AS yang masih solid sehingga ruang pemotongan suku bunga global bergeser ke September 2024.
Pelemahan rupiah juga dikarenakan oleh faktor musiman dimana pembayaran dividen dan kupon ke non-residen serta pembayaran pokok utang luar negeri akan meningkat dan memuncak setiap kuartal kedua tiap tahun.
Apalagi posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 tetap terkendali, yakni sebesar 407,3 miliar dolar AS. (ant)