- Istimewa
Mitigasi Gejolak Geopolitik, Menko Airlangga Paparkan Rincian Kondisi Stabilitas Makro Indonesia Saat Ini: Alhamdulillah, Investasi Lampaui Target
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan mitigasi kondisi ekonomi Indonesia di tengah gejolak geopolitik saat ini.
Meski rupiah dan IHSG sempat drop pada Senin, 22 April 2024, Airlangga menyampaikan bahwa depresiasi tersebut masih lebih baik dibanding dengan kondisi negara lain di Asia.
Menko Airlangga membeberkan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus positif di angka Rp4,47 miliar per Maret 2024.
"Alhamdulillah, ini lebih tinggi dibandingkan Februari maupun Maret tahun lalu. Surplus beruntun 47 bulan secara berturut-turut," ujar Airlangga dikutip pada Selasa (23/4/2024).
Sementara itu, untuk harga minyak mentah Brent naik sedikit di USD86, WTI naik ke USD82, ICP di USD83,78, nikel di USD19.326, CPO MYR4.035, kemudian batu bara turun di USD129,6.
Terkait ekspor 3 komoditas utama, lanjut Airlangga, CPO, nikel maupun tembaga mencapai USD55,1 miliar di tahun 2023 dengan share USD21,3 miliar terhadap total ekspor.
"Ini jauh lebih besar daripada impor minyak 32,1 miliar dolar atau share 14,5%, artinya terjadi natural hedging antara ekspor Indonesia dan kebutuhan impor yang tinggi," ujarnya.
Dilihat segi stabilitas makro, Airlangga menyampaikan inflasi per Maret 2024 yang tercatat senilai 3,05 persen secara tahunan (yoy), dan masih di dalam rentang 2,5 persen plus minus 1.
Berbagai lembaga pemeringkat juga telah memberikan ranking yang positif untuk Indonesia. Misalnya saja Lembaga Pemerintah Moody's yang mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) atau rating kredit Indonesia pada leringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade dengan outlook stabil pada 16 April 2024.
"Moodys, JCR (rating) tetap relatif baik dan juga kepercayaan konsumen relatif tinggi dengan penjualan eceran tumbuh 3,5 persen yoy," tutup Airlangga.
"Jadi eceran selama bulan puasa dan Idul Fitri naik 3,5% yoy, kemudian PMI di level 54,2 lebih tinggi dari ASEAN yang 51,5," kata Airlangga.
Dari segi investasi, di tahun 2023 tercatat Rp1.418,9 triliun dan ini tentu lebih tinggi dari pada target sebesar Rp1.400 triliun dan menciptakan tenaga kerja 1,8 juta.
Selanjutnya, kondisi perbankan kuat tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing diatas 50% dan 10%, CAR masih baik 27,72%.
Secara historis posisi devisa nettonya 1-5% dan total utang luar negerinya 6% dari total kewajiban perbankan dan valas 15% dari kredit jadi valas pun realisasinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kredit valas.
"Tentu beberapa hal yang pemerintah terus menjaga yaitu cash rasio dan hedging rasio, pemerintah sudah mendorong devisa hasil ekspor sehingga tentu kalau tidak ada kebutuhan dolar tidak diberikan, artinya kalau kebutuhan dolarnya masih jauh tidak perlu sekarang mencari dolar dan devisa sampai Maret masih di 140 miliar," jelasnya.
Pemerintah juga terus mendorong penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) dengan Satgas Nasional LCT.
Airlangga menegaskan bahwa saat ini Malaysia, Thailand, Jepang, dan China sudah dan MoU sedang dilakukan dengan Singapura dan Korea Selatan, dan ini akan diperluas ke India Saudi Arabia dan ASEAN.
"Jadi, itu hal-hal yang dilakukan untuk memitigasi gejolak geopolitik saat ini," tutup Airlangga. (rpi)