- Antara
Dibanggakan JK, Smelter Nikel Milik Kalla Group di Sulawesi Selatan Ini Menggunakan Energi Air, Hasil Produksinya?
Jakarta, tvOnenews.com - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) belum lama ini meninjau langsung pabrik peleburan atau smelter nikel milik PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS).
JK menyaksikan langsung proses peleburan nikel ore menjadi feronikel di smelter yang ada di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, JK mengaku bangga dengan smelter milik perusahaan Kalla Group yang sudah mulai produksi setelah menjalani proses pembangunan dalam lima tahun terakhir.
“Ini dibangun lima tahun terakhir dan hasilnya kita lihat sudah mulai berproduksi,” kata JK dilansir dari Antara, Selasa (23/4/2024).
Selain itu, JK juga cukup bangga dengan smelter nikel PT BMS yang berhasil membuktikan kemampuan SDM dari pekerja dalam negeri.
“Ini membanggakan karena perusahaan ini menggunakan tenaga kerja dalam negeri. Bahkan 80 persen itu berasal dari putra daerah Luwu dan sekitarnya. Sedangkan 20 persen berasal dari beberapa daerah termasuk Jawa,” kata JK menambahkan.
Ia menyatakan hasil produksi dari PT BMS cukup baik dan bersih. Pasalnya, Smelter tersebut menggunakan pembangkit energi hidro (energy hydro power).
Smelter yang terletak di Kecamatan Bua tersebut satu dari dua Smelter di Sulawesi Selatan yang menggunakan hydro power.
“Dengan sumber energi dari air tersebut membuat hasil produksinya itu bisa diterima di negara Eropa dan Amerika,” tegasnya
Rencananya, lanjut JK, PT BMS akan menggelar soft launching pada Agustus 2024 mendatang. Saat ini, PT BMS telah mempekerjakan 1500 orang tenaga kerja.
Lebih jauh, JK juga mengungkapkan, jika PT. BMS saat ini telah membangun smelter kedua. Nantinya, JK juga memastikan jika PT. BMS akan kembali membangun smelter ketiga dan keempat dalam dua tahun ke depan.
Dengan pengembangan tersebut akan membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia.
JK menyebutkan target produksi pabrik 1 sebesar 33 ribu hingga 36 ribu ton per tahun. Dan saat ini, pembangunan pabrik 2 untuk nikel sulfat bahan baku pembuatan baterai mobil listrik progresnya sudah 40 persen, diperkirakan mulai operasi secara normal pada akhir tahun 2024.
Sementara itu, setiap Smelter yang dibangun membutuhkan paling tidak 1000 tenaga kerja. JK memastikan bahwa seluruh Smelter miliknya lebih mengutamakan pekerja dalam negeri.
Ia kemungkinan hanya akan menggunakan tenaga kerja dari China di bagian konsultan. (ant/rpi)