- Antara
Anjlok! Rupiah Dibuka Melorot Lagi ke Level Rp16.208 per Dolar AS Hari Ini, Jurus BI-Rate Tidak Ampuh?
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank kembali tergelincir pagi ini, Jumat (26/4/2024).
Kurs rupiah terhadap dolar kembali susut 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.208 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.188 per dolar AS.
Padahal pada akhir perdagangan Kamis, kurs rupiah sudah melemah 33 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.188 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.155 per dolar AS.
Penurunan yang terjadi jelas tidak sejalan dengan respons yang diharapkan sesuai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI-Rate pada Rabu (24/4/2024) lalu.
Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dan mencegah pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan risiko global.
BI juga meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen.
"Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam siaran pers sebelumnya.
Meski rupiah sempat menguat pada Rabu sore, sayangnya nilai tukar tersebut akhirnya terus susut pada hari setelahnya.
Cadangan Devisa Jadi Harapan
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengimbau untuk tidak perlu mengkhawatirkan gejolak nilai rupiah terhadap dolar dengan alasan Indonesia memiliki cadangan devisa yang kuat.
“Cadangan devisa kita kan kuat, jadi tidak perlu terlalu khawatir. Kita percayakan kepada yang punya otoritas untuk mengatasi perubahan kenaikan nilai tukar itu,” ujar Zulkifli pada hari Kamis di Jakarta.
Berdasarkan pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan April 2024, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2024 tetap tinggi, yakni sebesar 140,4 miliar dolar AS.
Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2024 diproyeksikan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1 persen sampai dengan 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Neraca transaksi modal dan finansial diproyeksikan mencatat surplus sejalan dengan prakiraan kembali meningkatnya aliran masuk modal asing, seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
“Gubernur BI sudah menyampaikan, ya, kita tidak perlu khawatir,” kata Zulhas. (rpi)