- Antara Foto
Setelah Terpuruk Rp21 Ribu Sepanjang Pekan Lalu, Harga Emas Antam Kembali Dibuka Melemah ke Rp1,325 Juta per Gram
Jakarta, tvOnenews.com - Meredanya kekhawatiran terhadap ancaman geopolitik di Timur Tengah telah membuat harga emas dunia tertekan. Bukan hanya di pasar dunia, harga emas domestik seperti emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga melemah sejak pekan lalu.
Dikutip dari laman logammulia.com, harga emas Antam pada hari Senin (29/4/2024) kembali melemah Rp1.000 per gram, dari level Rp1,326 juta per gram menjadi Rp1,325 juta per gram.
Sementara harga pembelian kembali (buyback) emas Antam terpantau juga turun Rp1.000 per gram, menjadi Rp1,221 juta per gram.
Pelemahan harga emas Antam di awal pekan ini, melanjutkan koreksi harga logam mulia di dalam negeri, yang pekan lalu telah terpuruk dan turun hingga Rp21.000 per gram, dari rekor tertingginya di level Rp1,347 juta per gram.
Terpuruknya harga emas Antam sejak pekan lalu, dipicu oleh faktor global, dimana investor mulai meninggalkan emas sebagai safe haven. Seiring dengan meredanya ancaman perang Iran - Israel di Timur Tengah, investor global mulai berani berinvestasi di instrumen yang lebih berisiko, namun menjanjikan imbal hasil lebih besar dari emas.
Harga Emas Dunia
Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga emas dunia bergerak stagnan di level 2.340 dolar AS per troy ounce. Investor mulai menahan diri untuk berinvestasi di emas dan menantikan sinyal lebih lanjut dari rencana penurunan suku bunga di Amerika Serikat.
Pelaku pasar menantikan bagaimana respons Bank Sentral AS, The Federal Reserve menyusul data inflasi (PCE) pada bulan Maret 2024, yang naik menjadi 2,8 persen, atau lebih besar dari perkiraan yang hanya 2,6 persen.
Naiknya tingkat infasi ini diperkirakan akan membuat penurunan suku bunga di Amerika Serikat kembali tertunda, dan diperkirakan akan bisa dilakukan pada bulan September 2024. Turunnya suku bunga acuan di AS ini diperkirakan akan berdampak positif bagi harga emas.
Sepanjang pekan lalu,harga emas dunia telah terkoreksi hingga 2 persen, dan menjadi penurunan mingguan pertama dalam enam minggu terakhir. (hsb)