- ANTARA
Menteri Keuangan Sri Mulyani Perkirakan Perang Dagang Amerika Serikt - China Bakal Terus Berlanjut, Namun Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh Hingga 5,5 Persen di Tahun 2025
Jakarta, tvOnenews.com - Memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China diperkirakan akan terus berlanjut dan menekan menekan perekonomian dunia dan juga Indonesia. Kenaikan tarif yang diterapkan Presiden Joe Biden atas produk - produk asal China mulai dibalas oleh negara tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, ancaman terbesar bagi perekonomian dunia ke depannya masih akan datang dari persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China dalam bentuk perang dagang (trade war) dan perang chip (chip war). Persaingan Amerika Serikat - China ini diperkirakan akan berlanjut hingga 10 tahun ke depan.
"Persaingan dua kekuatan besar ekonomi dunia diperkirakan akan terus berlangsung dalam dekade mendatang yang tentu berdampak pada ekonomi nasional dan dunia," kata Sri Mulyani pada Rapat Paripurna DPR tentang Penyampaian Pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal di Jakarta, Senin (20/5/2024).
Meski terdapat ancaman perang dagang yang berlanjut antara Amerika Serikat dan China, Sri Mulyani tetap optimistis bahwa ekonomi Indonesia akan bisa tetap tumbuh di kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen pada 2025.
“Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas yang pada tahun 2025, diperkirakan berada pada kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen,” kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi ini akan ditopang oleh terkendalinya inflasi, kelanjutan dan perluasan hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan industri kendaraan listrik, dan digitalisasi yang didukung oleh perbaikan iklim investasi dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Laju pertumbuhan ini diharapkan akan menjadi fondasi yang kuat untuk pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan,” kata Sri Mulyani.
Rupiah Bakal Stabil
Dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi, Sri Mulyani mengakui bahwa tingkat imbal(yield) obligasi pemerintah masih akan tetap tinggi, dengan proyeksi yield SBN (Surat Berharga Negara) Tenor 10 Tahun berada di kisaran 6,9 persen hingga 7,3 persen di tahun 2025.
Sementara nilai tukar rupiah yang sempat anjlok pada bulan lalu, diperkirakan akan mulai bergerak stabil seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan, BI-Rate.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berada di rentang Rp15.300 hingga Rp16.000," jelas Sri Mulani saat mengungkapkan kerangka asumsi makro RAPBN Tahun 2025.
Sedangkan tingkat inflasi, menurut Sri Mulyani, diperkirakan dapat dikendalikan pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Lebih lanjut Sri Mulyani menambahkan, dengan mencermati tensi geopolitik yang saat ini masih berlanjut maka harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar 75-85 dolar AS per barel; lifting minyak bumi 580 ribu-601 ribu barel per hari; dan lifting gas 1.004-1.047 ribu barel setara minyak per hari. (hsb)