- Julio Trisaputra
Megawati Sindir Permainan Impor Pangan, Cerita Pengalamannya di Komisi IV, Kalau Mau Mercy Saya Udah Berapa...
Jakarta, tvOnenews.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritisi kebijakan impor pangan, termasuk impor beras yang masih saja dijalankan pemerintah untuk mengatasi kekurangan pasokan di dalam negeri.
Pernyataan tersebut disampaikan Megawati saat memberikan pidato politiknya pada penutupan Rakernas V PDI Perjuangan di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta Utara, Minggu (26/5/2024).
"Selama ini partai selalu berteriak lantang ketika impor pangan dilakukan, pertanyaan besarnya apakah sebenarnya masih perlu impor? Kalau mau, sebenarnya gak perlu impor, bahannya kita potensinya luar biasa
tetapi memang sengaja harus ada impor pangan, kenapa?," kata Megawati.
Megawati menyebut, sebenarnya ada permainan dalam kebijakan impor pangan yang dilakukan pemerintah. Dia menjelaskan pengalamannya ketika menjadi Anggota DPR RI pada periode 1987 - 1997.
"Saya di komisi IV (DPR RI), saya tahu permainan untuk impor itu. Kalau sekarang saya mau ikut, saya sudah tambah kaya, tetapi saya tidak pernah ikut di dalam permainan tersebut," jelas Presiden ke-5 Republik Indonesia ini.
Dia menyebutkan sebenarnya, banyak pihak yang diuntung dari kebijakan impor pangan yang dilakukan pemerintah. Bukan hanya pelaku usaha, para pengambil kebijakan, termasuk anggota DPR RI juga disebut - sebut turut menikmati keuntungan dari impor pangan.
"Karena apa sih (impor)? Satu sen dolar itu, kalikan berapa juta ton. bayangkan deh. Kalau saya mau ikut waktu itu, kan saya tiga kali saya tidak pernah pindah komisi, coba bayangkan mungkin 'Mercy' saya sudah berapa deh," tuding Megawati.
Sengaja Dibuat
Lebih lanjut Megawati mengungkapkan bahwa, kebijakan impor sering kali dibuat seolah - oleh menjadi satu - satunya jalan untuk menghindari kekurangan produksi pangan.
Padahal, menurut Megawati, wacana kekurangan produksi pangan ini sengaja dikondisikan oleh sejumlah pihak, agar kebijakan impor pangan yang menguntungkan tetap berlanjut.
"Sbenarnya kan ada jalannya, ketika saya menjadi presiden, saya mengatakan, saya bukan alergi impor, tapi hitung dulu yang namanya beras kita adalah setelah panen raya, itu berarti jelas, cukup atau tidak?," tuding Megawati.
Selain menguntungkan bagi beberapa pihak, Megawati juga menyebut bahwa kebijakan impor memang cenderung dipilih karena bisa menyelesaikan persoalan pangan dalam jangka pendek. "Karena Impor itu pragmatis banget, dibandingkan dengan upaya memberdayakan petani bangsa sendiri," jelas Megawati.
Padahal, kebijakan impor pangan yang terus - menerus menjadi solusi bagi pemerintah, telah membuat sektor pertanian di Indonesia kian terpuruk.
"Nah itu yang membuat secara praktis, sepertinya petani itu sekarang sudah tidak punya, sudah tidak mau jadi petani. Padahal, tanah ada, bibit ada, tapi orang yang mengerjakannya tidak ada," kata Megawati. (hsb)