- Antara
Menperin Tepis Kabar Senja Kala Industri Tekstil Indonesia, Agus Gumiwang: Ini Paradigma yang Salah
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa industri tekstil nasional sudah ekspansif atau masih berkembang positif.
Hal itu disampaikan untuk menepis anggapan industri tekstil merupakan industri sunset atau tengah sekarat.
Menperin mengatakan, Kementerian Perindustrian memiliki indeks Kepercayaan Industri (IKI) untuk bisa mengetahui kinerja dari masing-masing industri subsektor trennya seperti apa.
Berdasarkan survei IKI, Menperin menemukan bahwa kinerja industri tekstil masih tumbuh sangat bagus di awal 2024.
"Kami menemukan pertama kali dalam sejarah bahwa di April dan ini bocoran IKI pada Mei, kinerja industri tekstil sudah positif. Kinerja industri tekstil sudah ekspansif, sudah di atas 50 poin," kata Agus Gumiwang di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Agus Gumiwang menyampaikan, kunci utama industri tekstil nasional dapat bertahan positif adalah pengelolaan dari neraca atau bahasa teknokratis-nya "fair trade".
"Waktu saya masuk kantor ini lima tahun yg lalu, sayang sekali bahwa subsektor tekstil dianggap menjadi subsektor sunset."
"Ini paradigma yang salah, itu paradigma yang ingin pakaian jadi diimpor saja. Paradigma yang salah. Terus terang kita berjibaku di kantor ini untuk mengamankan bahwa tekstil bukan industri sunset," kata Menperin.
Agus Gumiwang mengatakan, Kemenperin berupaya melindungi industri tekstil dalam negeri.
"Kami tahu bagaimana industri tekstil mulai dari hulu ke hilirnya, kami mencoba untuk mengontrol itu untuk melindungi industri dalam negeri Alhamdulillah IKI pada April sudah menunjukkan industri tekstil sudah mulai ekspansif, dan IKI pada Mei yang akan kami rilis juga menunjukkan tekstil sudah ekspansif."
"Kuncinya apa? Pengelolaan neraca. Barang jadi yang menjadi kekhawatiran kita, impor barang jadi yang menjadi kekhawatiran kita," ujarnya.
Menperin juga menyebutkan bahwa industri tekstil nasional bisa melakukan impor barang baku sepanjang memang barang baku tersebut tidak tersedia di dalam negeri, industri juga wajib untuk diberikan kesempatan.
Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan, masuknya barang impor tekstil dan produk tekstil (TPT) menghambat pertumbuhan sektor tersebut untuk mendominasi pasar dalam negeri.
Direktur Eksekutif API Danang Girindrawardana mengatakan, sejak dua tahun lalu industri TPT terpaksa mengurangi hampir 100 ribu pekerjanya, dan mulai berangsur membaik pada tahun 2022.
Ditambah, regulasi relaksasi barang impor yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 berpotensi membuat pasar domestik didominasi oleh produk garmen dan tekstil impor.
Gempuran tersebut membuat industri TPT belum mampu menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Selain itu, pemangku kepentingan di industri TPT juga sudah berulang kali mengingatkan pemerintah untuk menghentikan impor tekstil dan garmen.
"Dalam lima bulan terdapat empat kali perubahan Permendag sampai dengan Permendag 8 tahun 2024 ini," ujar Danang. (ant/rpi)