Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo saat Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (5/6/2024)..
Sumber :
  • Instagram @smindrawati

Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Kompak Sebut Ekonomi Dunia Tidak Pasti sampai 2025, Nasib Indonesia Bagaimana?

Kamis, 6 Juni 2024 - 12:27 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kompak membeberkan kondisi ekonomi global yang tidak pasti hingga 2025.

Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Baik Sri Mulyani maupun Perry mengatakan, ketidakpastian kondisi ekonomi dunia berpotensi menekan ekonomi dalam negeri.

"Tadi Bu Menteri Keuangan menyebutkan (ekonomi) stagnan, tapi tidak hanya stagnan, negara-negara mitra dagang utama kita pertumbuhan ekonominya juga melambat," kata Perry, dikutip pada Kamis (6/6/2024).

Perry mengatakan, sedikitnya ada lima masalah perekonomian dunia yang bisa berdampak pada ekonomi Indonesia.

Salah satunya adalah terkait melemahnya potensi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, utamanya yang menjadi mitra dagang Indonesia.

Misalnya saja pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan hanya akan tumbuh 2,5% pada 2024 dan turun menjadi 1,9% pada 2025.

Selain itu, Perry menyebut China juga makan mengalami pelemahan dari 4,7% pada tahun ini semakin lemah pada 2025 menjadi hanya sebesar 4,1%.

"Kondisi ekonomi global yang serba tidak menentu banyak dinamika, dan tentu saja tantangan-tantangannya ini akan berdampak kepada ekonomi Indonesia tahun ini dan juga tahun ke depan," imbuh Perry.

Tekanan berikutnya adalah terkait dengan harga komoditas yang dipredikakan berdampak ke tekanan inflasi global.

Ini berdampak juga terhadap tekanan inflasi di dalam negeri, khususnya terkait dengan harga pangan maupun energi.

"Jadi harapan 6,6% hanya dari India. Intinya kondisi pertumbuhan ekonomi global ini tentu akan berpengaruh ke sumber-sumber ekspor yang perlu kerja keras supaya bisa jadi pendukung pertumbuhan," imbuhnya.

Risiko berikutnya adalah potensi suku bunga AS Fed Fund Rate yang diperkirakan perkiraan baru turun akhir tahun ini sekitar 25 basis points (bps) dan sekitar 50 bps pada semester I tahun depan.

"Jadi kemungkinan Fed Fund Rate tahun depan berkisar 4,5%-4,75% dan ini berdampak juga suku bunga yield surat utang pemerintah AS yang tinggi di samping utang pemerintahnya yang besar, ini akan berdampak ke financing APBN kita," ucap Perry.

Berikutnya yang menjadi kewaspadaan adalah nilai tukar dolar yang masih akan menguat. Ini bisa berdampak ke tekanan-tekanan dari nilai tukar mata uang seluruh dunia termasuk rupiah.

Terakhir adalah risiko-risiko konflik geopolitik yang berdampak pada tekanan arus modal.

Sri Mulyani Ingatkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Di forum yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan Pemerintahan Prabowo-Gibran mengenai tekanan-tekanan yang disebutkan oleh Perry, khususnya soal utang luar negeri.

Pasalnya, suku bunga yang bertahan tinggi diperkirakan masih berlanjut (higher for longer), sehingga akan berdampak anggaran belanja negara.

“Higher for longer pasti memengaruhi belanja, terutama belanja bunga utang. Oleh karena itu, kita harus sangat hati-hati dalam mengelola utang dalam tren seperti itu,” kata Sri Mulyani.

Kementerian Keuangan mematok target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 berada dalam rentang 2,45 persen hingga 2,82 persen.

Kementerian Keuangan mematok target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 berada dalam rentang 2,45 persen hingga 2,82 persen.

Pembiayaan investasi diproyeksikan antara 0,3 persen hingga 0,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan rasio utang dalam rentang 37,98 persen hingga 38,71 persen, sedangkan keseimbangan primer dipatok pada rentang 0,3 persen hingga 0,61 persen. (rpi)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
06:42
02:42
01:34
00:56
02:26
00:41
Viral