- Antara Foto
Nilai Tukar Rupiah Kian Terpuruk Terhadap Dolar AS, Kurs JISDOR Sentuh Rekor Terendahnya Sepanjang Sejarah di 16.297
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan, dan bergerak mendekati level 16.300-an. Bahkan kurs JISDOR yang dirilis Bank Indonesia telah menyentuh rekor terendahnya sepanjang sejarah.
Pada hari Rabu (12/6/2024), kurs JISDOR berada di level 16.297, atau melemah dua poin dari posisi Selasa (11/6/2024) di level 16.295. Kurs JISDOR ini merupakan rekor terendah sejak dirilis Bank Indonesia pada November 2021 lalu.
JISDOR merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time.
Sementara di pasar domestic non delivery forward (DNDF) pada Rabu petang, kurs rupiah terpantau sudah berada di level Rp16.302 per dolar AS (pukul 15.39 WIB).
Analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri sebelumnya memperkirakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah masih akan terus berlanjut. "Pelemahan rupiah masih berlanjut sejalan dengan tensi dari eksternal yang meningkat," katanya.
Saat ini, menurut Reny Eka Putri, investor sedang menunggu rilis data inflasi inti AS pada Mei 2024 yang diperkirakan akan kembali turun, dari 3,6 persen (yoy) pada April 2024 menjadi 3,5 persen (yoy).
Para pelaku pasar juga akan mengantisipasi hasil pertemuan dewan gubernur bank sentral AS, atau Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2024 untuk mengetahui arah kebijakan bank sentral AS atau The Fed selanjutnya.
Pada FOMC Juni 2024 diperkirakan bank sentral AS masih akan menahan tingkat suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Berdasarkan perkiraan pasar, penurunan suku bunga bank sentral AS, FFR, pertama pada 2024 baru akan terjadi pada November 2024 dengan probabilitas penurunan sebesar 46,1 persen dan penurunan kedua pada Desember 2024 dengan probabilitas sebesar 40,9 persen.
Penundaan penurunan tingkat suku bunga acuan ini, menurut Reny Eka Putri, terjadi akibat masih tingginya inflasi AS yang sulit turun menuju target bank sentral AS yang sebesar 2 persen.
Sementara pada Mei 2024, tingkat pengangguran AS naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen dan jumlah non-farm payrolls pada Mei 2024 meningkat melebihi ekspektasi, mencapai 272 ribu pada Mei 2024 dari 165 ribu pekerjaan pada April 2024. Meski ada peningkatan, tingkat pengangguran saat ini dinilai masih dalam batas aman dan tidak memerlukan campur tangan dari sisi moneter.
Data terbaru AS terkait ketenagakerjaan menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor masih menunggu FOMC Juni 2024 dan rilis terbaru Fed Guidance.