- istimewa WWF
Laporan WWF Tunjukkan Baru Empat Bank di Indonesia Yang Peduli Lingkungan dan Memiliki Komitmen Untuk Mencapai "Net Zero"
Jakarta, tvOnenews.com - WWF telah merilis laporan Sustainable Banking Assessment (SUSBA) ke-7, sebuah penilaian komprehensif terkait integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola/environmental, social, and governance (LST/ESG) terhadap 39 bank di negara-negara ASEAN dan 10 bank besar di Jepang dan Korea Selatan. Dari 11 bank yang disurvey di Indonesia, ternyata baru empat bank yang memiliki komitmen untuk mencapai net zero atau menghitung emisi gas rumah kaca.
Laporan SUSBA menunjukkan baru empat bank memiliki target net zero, yakni BRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk) dan PT Bank BTPN Tbk yang masing - masing pada 2050. Sedangkan BCA (PT Bank Central Asia Tbk) dan BNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk) pada 2060.
Diantara empat bank tersebut, baru dua bank (BCA dan BRI) yang telah menghitung emisi gas rumah kaca (GRK). Namun baru satu bank (BRI) yang menerapkan Science-based Target Initiative (SBTi).
WWF menilai Indonesia secara geografis rentan terhadap perubahan iklim. Berdasarkan skor data tentang kerentanan perubahan iklim setiap negara (ND-GAIN 2021), yang mengukur kerentanan dan kesiapan terhadap risiko fisik iklim Indonesia membutuhkan penguatan aksi-aksi iklim.
“Kinerja bank sebagai lembaga intermediasi keuangan- tidak luput dari paparan risiko perubahan iklim tersebut. Perubahan pasar dan kebijakan terkait bahan bakar fosil, misalnya, menjadi sebuah risiko yang perlu diperhitungkan pihak perbankan,” ungkap Dewi Rizky, Chief Conservation Officer, WWF-Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Dia menilai, bank perlu meningkatkan kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengelola dua risiko utama yakni perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Pada saat yang sama bank juga berperan penting dalam meningkatkan ketahanan sektor-sektor lain terhadap perubahan iklim.
Padahal, target net zero tidak akan tercapai tanpa langkah nyata menjaga kondisi lingkungan. Berdasarkan SUSBA 2023, dukungan perbankan untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam dan sosial masih sangat terbatas (5 persen).
“Perbankan Indonesia perlu meningkatkan upaya atas kebijakan dan prosedur agar nasabah mereka memiliki rencana mitigasi/ rencana aksi untuk mencapai target Perjanjian Paris. Lebih lanjut, industri kecil dan menengah yang terlibat dalam rantai pasok patut mendapat perhatian ekstra karena mereka umumnya padat karya dan menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko perubahan iklim,” ujar Rizkia Sari Yudawinata, Sustainable Finance Lead, WWF-Indonesia. (hsb)