Menkeu Sri Mulyani akui produksi rokok turun golongan karena tarif cukainya lebih rendah..
Sumber :
  • Dok. Dirjen Bea dan Cukai

Sri Mulyani Akui Penyebab Setoran Cukai Turun, Ternyata Pengusaha Rokok Pilih Turun Golongan: Tarifnya Lebih Rendah

Selasa, 9 Juli 2024 - 12:21 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian Keuangan melaporkan realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir Juni 2024 mencapai Rp134,2 triliun.

Namun, penerimaan tersebut turun hingga 0,9 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp135 triliun.

Terkait hal tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa penurunan kepabeanan dan cukai semester I 2024 itu dipicu oleh kontraksi penerimaan cukai.

Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/7/2024).

"Penerimaan dari bea dan cukai dalam hal ini relatif masih sama dengan tahun lalu, sehingga kalau kita lihat dari levelnya tidak terjadi perubahan," kata Sri Mulyani, dikutip Selasa (9/7/2024).

Diketahui, realisasi setoran dari cukai mencapai Rp101,8 triliun. Nilai tersebut turun 3,9 persen dari tahun lalu yang bisa mencapai Rp105,9 triliun.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa produksi hasil tembakau yang menjadi kontributor utama cukai masih tetap tumbuh.

Akan tetapi, terjadi fenomena downtrading yang membuat produksi rokok lebih banyak dihasilkan oleh pelaku usaha golongan III yang tarif cukainya lebih rendah dibandingkan pelaku usaha golongan I.

"Banyak pemain dari rokok turun ke kelompok II yang tarif cukainya lebih rendah," ujar Sri Mulyani.

Di sisi lain, realisasi setoran bea masuk sebenarnya mengalami kenaikan tipis yang mencapai Rp24,3 triliun. Angka tersebut naik 0,3 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp24,2 triliun.

Meski begitu, nilai impor dari komoditas, gas, kendaraan, dan suku cadang sebenarnya mengalami penurunan. Kenaikan tipis yang terjadi pada kepabeanan tidak lain adalah hanya karena nilai dolar AS naik.

"Ini karena nilai dolar AS yang naik sehingga penerimaan kita dalam bentuk rupiah relatif lebih baik," ujar Sri Mulyani.

Terakhir, realisasi dari bea keluar nilainya mencapai Rp 8,1 triliun atau melonjak 52,6 persen dari periode yang sama tahun 2023 lalu.

Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh bea keluar mineral yang tumbuh 10 kali lipat dari tahun sebelumnya, ini merupakan dampak implementasi kebijakan relaksasi mineral khususnya bijih tembaga.

Namun, bea keluar produksi sawit menurun karena harga sawit dunia terus merosot. Sebagai informasi tambahan setoran kepabeanan dan cukai ditargetkan akan mencapai Rp 296,5 triliun.

Nilai tersebut akan setara 92,4 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan, yakni Rp321 triliun atau lebih tinggi 3,5 persen dari realisasi sepanjang tahun 2023 yang sebesar Rp286 triliun. (rpi)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral