- Antara Foto
Bea Cukai Sebut Perbatasan RI-PNG Rawan Penyelundupan Ganja, Pasokan Barang Haram Ini Ternyata Banyak Diimpor dari Papua Nugini
Jakarta, tvOnenews.com - Meski ganja banyak tumbuh di wilayah Indonesia dan dikenal berkualitas baik, pasokan ganja ke sejumlah daerah ternyata banyak mengandalkan impor dari negara tetangga, seperti Papua Nugini (PNG).
Kepala Bea Cukai Jayapura Adel Lolok mengatakan, perbatasan RI-PNG merupakan wilayah rawan penyelundupan narkotika jenis ganja yang dipasok dari negara tetangga, Papua Nugini.
"Kami berupaya untuk mengamankan kawasan di sepanjang perbatasan RI-PNG agar mempersempit ruang gerak penyelundup khususnya ganja," kata Kepala Bea Cukai Jayapura Adeltus Lolok di Jayapura, Papua, Rabu (31/7/2024).
Adeltus Lolok menyebutkan, kawasan di sepanjang perbatasan RI-PNG memang banyak terdapat jalan setapak yang sering kali digunakan penyelundupan barang-barang selundupannya masuk ke wilayah RI.
"Memang benar kawasan perbatasan RI-PNG rawan penyelundupan khususnya ganja sehingga kami bersama TNI-Polri berupaya memperketat pengawasan di kawasan itu," katanya.
Selain itu, pihaknya berharap masyarakat juga turut membantu menginformasikan bila ada upaya penyelundupan ganja dari PNG.
Penyelundupan Ganja
Sebelumnya pada Sabtu (28/7/2024) lalu, Tim Gabungan TNI-Polri dan Bea Cukai Jayapura berhasil mengamankan 1.180 gram ganja asal PNG.
"Selain ganja, juga diamankan seorang warga PNG yang membawa 1 kilogram ganja yang diisi ke dalam 16 plastik siap edar," kata Adeltus Lolok.
Dari laporan yang diterima dari masyarakat, para penyelundup itu menggunakan jalan setapak yang ada di sepanjang perbatasan RI-PNG. Jalur yang tidak diawasi ini menjadi pilihan bagi penyelundup saat membawa ganja untuk menghindari aparat keamanan yang berjaga di wilayah itu.
Oleh sebab itu, Adelts Lolok mengaku, bantuan masyarakat sangat dibutuhkan guna menggagalkan upaya penyelundupan ganja asal PNG.
"Peran serta semua pihak untuk menggagalkan penyelundupan dari PNG, khususnya ganja sangat dibutuhkan, apalagi ganja berbahaya bagi generasi muda," kata Adeltus Lolok. (ant)