Ini Jurus Menteri ESDM Dongkrak Produksi Migas, Mulai dari Pengeboran 1.000 Sumur Pengembangan Hingga Reaktivasi Sumur "Idle".
Sumber :
  • Kementerian ESDM

Ini Jurus Menteri ESDM Dongkrak Produksi Migas, Mulai dari Pengeboran 1.000 Sumur Pengembangan Hingga Reaktivasi Sumur "Idle"

Minggu, 4 Agustus 2024 - 14:08 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Di tengah tren penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas), pemerintah telah menetapkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 billion cubic feet (BCF) di tahun 2030. 

Untuk mencapai target ambisius ini, pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan sejumlah jurus dan strategi andalan baik strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 

Hal tersebut diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada acara temu media di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Adapun strategi jangka pendek adalah dengan meningkatkan produksi dari lapangan-lapangan eksisting ditambah penggunaan Enchanced Oil Recovery (EOR). 

Langkah ini termasuk melakukan pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sebanyak 1.000-1.500 sumur per tahun, serta percepatan eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais dan simple sulfactant Balam South.

Untuk strategi jangka menengah, yaitu transformation R-to-P serta full scale EOR dan Waterflood. Yang terdiri dari percepatan proyek 125 POD/OPL/OPLL baru, percepatan POD 58 undeveloped discoveries, percepatan 55 lapangan CEOR.

Selain itu, pengembangan wilayah kerja (WF) melalui strategic alliance, full scale EOR Minas, serta dengan mendorong investasi hulu migas China ke Indonesia.

Sementara strategi jangka panjang adalah dengan eksplorasi dan pengembangan migas non konvensional, yang meliputi pengeboran eksplorasi targeting giant prospect dengan rata-rata 54 sumur per tahun, serta dengan melakukan kerja sama migas non konvensional dengan pemain besar dunia seperti EOG, Resources, CNPC, dan lainnya.

Tren Penurunan

Lebih lanjut dijelaskan, sejak beberapa tahun terakhir, produksi minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan tantangan teknis dalam hal eksplorasi. 

Kondisi ini berdampak signifikan terhadap ketahanan energi nasional dan neraca keuangan nasional. Untuk membalikkan tren ini, pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan produksi migas Indoensia dengan berbagai strategi.

"Dari tahun 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," kata Arifin Tasrif .

Sebelumnya, Arifin menyinggung pergerakan produksi minyak bumi berada pada angka 708 mbopd di tahun 2020, tahun 2021 sebesar 659 mbopd, tahun 2022 sebesar 612 mbopd. Sedangkan produksi minyak bumi pada tahun 2023 sebesar 606 mbopd, dan status per 2 Juni 2024, produksi minyak bumi berada di angka 578 mbopd.

Sementara untuk produksi gas bumi, Arifin mengatakan bahwa prospek ke depan bisa lebih baik, karena produksi gas relatif stabil dan ada tren kenaikan produksi. 

"Ini memang sempat turun, tapi sekarang ada tren kenaikan, kalua gas 12 BCF ini Insyaallah bisa ketemu. Jadi adanya temuan-temuan sumber gas baru, prospek di Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makasar," tukasnya. (hsb)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:54
03:55
05:35
03:29
06:33
02:13
Viral