Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, saat memaparkan peluang pengembangan industri rantai pasok energi surya, Rabu (14/8/2024)..
Sumber :
  • Dok. IESR

Indonesia Solar Summit 2024: Strategi Kunci Perkuat Rantai Pasok Industri Surya dan Percepatan Transisi Energi

Rabu, 14 Agustus 2024 - 08:06 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Adopsi energi surya di dunia semakin meningkat, mencapai hingga 1,6 TW pada 2023. Sementara di kawasan Asia Tenggara, total kapasitas energi suryanya mencapai 25,9 GW di tahun yang sama

Oleh karena itu, Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang Indonesia perlu memperkuat rantai pasok industri Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga dapat bersaing dalam teknologi modul surya, mendorong adopsi PLTS, dan menciptakan lapangan kerja yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk memperkuat kolaborasi dan dukungan pemanfaatan PLTS serta pengembangan industri komponen PLTS dalam negeri, Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) serta bermitra dengan RE100 Climate Group menyelenggarakan Indonesia Solar Summit (ISS) 2024.

Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menyebut bahwa dengan mempertimbangkan faktor perkembangan teknologi, harga, dan potensinya, energi surya sepatutnya menjadi strategi krusial dalam mencapai target bauran energi terbarukan dan mempercepat transisi energi.

“Indonesia Solar Summit 2024 akan membahas strategi kunci dalam mengembangkan industri PLTS domestik serta menggalang komitmen dari pemerintah maupun entitas bisnis untuk akselerasi pemanfaatan PLTS di Indonesia,” ungkap Marlistya dalam Media Luncheon Indonesia Solar Summit 2024 pada Selasa (13/8/2024).

Alvin Putra Sisdwinugraha, Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai potensi energi surya lebih dari 3.295 GW. Teknologi modul surya semakin berkembang dengan dominasi teknologi berbasis silikon, di mana teknologi monokristalin menawarkan efisiensi yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, harga modul surya turun hingga 66 persen selama 5 tahun terakhir, menjadi sekitar 14,5 USDc/Wp (sekitar Rp 2.300/Wp).

“Indonesia perlu menangkap peluang pengembangan rantai pasok industri PLTS di Indonesia agar mampu bersaing dengan produk PLTS impor. Selain itu, ekspansi Tiongkok untuk produksi modul surya ke Asia Tenggara dengan tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa perlu dipandang sebagai kesempatan untuk bekerja sama dalam membangun produksi modul surya dalam negeri,” jelas Alvin.

Berita Terkait :
1
2 3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
00:54
01:35
02:15
06:15
00:52
03:59
Viral