- Dok. IESR
Indonesia Solar Summit 2024: Strategi Kunci Perkuat Rantai Pasok Industri Surya dan Percepatan Transisi Energi
Berdasarkan analisis IESR, meskipun kapasitas produksi modul surya Indonesia meningkat, mencapai 2,3 GW/tahun per Juni 2024, namun secara ukuran, efisiensi, harga, dan kategori panel tier-1, Indonesia masih tertinggal dari modul surya impor.
Modul surya dalam negeri bahkan belum ada yang mendapatkan sertifikasi tier-1, sehingga sulit mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan internasional. Harga PLTS lokal 30-45% lebih tinggi dibandingkan PLTS impor.
IESR mendorong pemerintah untuk meningkatkan daya saing PLTS lokal dengan memberikan insentif, baik fiskal maupun non-fiskal, untuk mengurangi biaya produksi, terutama apabila berorientasi ekspor.
Selain itu, perlu dilakukan kerja sama dengan produsen global untuk transfer teknologi, serta memberikan kepastian regulasi dan pasar domestik. Pemerintah juga perlu mengatasi hambatan permintaan dalam negeri yang rendah, salah satunya dengan pengadaan tender yang berkala.
Arya Rezavidi, Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan bahwa keberadaan rantai pasok PLTS yang kuat akan meningkatkan nilai tambah mineral penting untuk pembuatan modul surya.
Misalnya, nilai tambah ekonomi industri rantai pasok sel surya kristal silikon secara optimal dapat mencapai 637,5 kali lipat dibandingkan dengan biaya awal.
“Pengembangan PLTS tidak hanya untuk mencapai target bauran energi terbarukan, tapi juga menandakan bahwa Indonesia menguasai teknologi PLTS yang kompetitif,” tambah Arya.