- ANTARA
Kementerian ESDM Percepat Penerapan Biodiesel B40 di Awal 2025, Begini Arahan Bahlil Lahadalia untuk Energi Berbasis Sawit
Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian ESDM sedang mempersiapkan peluncuran program mandatori biodiesel B40 pada awal Januari 2025.
Langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah baru untuk mendorong penggunaan energi terbarukan di Indonesia.
Dengan pendekatan yang matang, pemerintah berharap program ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, seusai mengikuti rapat pimpinan bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (20/8) sore.
"Bioenergi akan menjadi prioritas juga, dan mungkin bukan hanya B50, kita lagi mempersiapkan B40 untuk mandatorinya. Mandatori nanti saya keluarkan Insya Allah di 1 Januari 2025," kata Eniya.
Berdasarkan arahan dari Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, diharapkan agar program bioenergi ini menjadi prioritas utama.
Pemerintah sudah menyiapkan rencana ini dengan memadukan solar yang mengandung 40% bahan bakar nabati berbasis minyak sawit.
Selain itu, Eniya menambahkan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan, pengiriman, dan logistik, untuk memastikan program ini berjalan mulus pada Desember 2024.
"Memang perlu banyak hal untuk mempersiapkan kaya pelabuhannya, pengirimannya, logistik. Industri harus mempersiapkan, investasi butuh modal juga," jelasnya.
Foto: Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi. (Antara)
Pemerintah juga sedang mengkaji penerapan biodiesel B50. Eniya menyebutkan bahwa uji coba teknis terkait performa mesin dengan B50 sudah dilakukan, dan hasilnya akan dijadikan acuan untuk pengembangan selanjutnya.
Uji coba implementasi biodiesel B50 bahkan sudah dilakukan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Kalimantan Selatan.
Tidak hanya berhenti pada B50, pemerintah juga mempertimbangkan untuk melangkah lebih jauh ke arah B60.
Kajian teknis sangat diperlukan untuk menentukan efektivitas dan performa bahan bakar tersebut dalam mesin kendaraan.
"Tadi diarahkan untuk bukan hanya B50 aja, bisa juga ke B60. Nah ini perlu kajian memang, kajian teknis harus ada. Jadi kajian teknis performa di angine itu yang paling penting," ujar Eniya.
Percepatan implementasi biodiesel B40, yaitu campuran solar dengan 40 % bahan bakar nabati berbasis minyak sawit yang ditargetkan mulai diterapkan pada tahun 2025.
Rencana ini sejalan dengan data realisasi kinerja subsektor EBTKE tahun 2024 yang menunjukkan perkembangan positif.
Pemanfaatan biodiesel pada kuartal kedua tahun 2024 mencapai 6,2 juta kiloliter, atau sekitar 54,2% dari target tahunan sebesar 11,3 juta kiloliter.
Peningkatan konsumsi biodiesel tidak hanya berdampak positif pada penurunan emisi gas rumah kaca, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
Dalam program B40 ini, pemerintah terus mendorong adopsi biodiesel berbasis kelapa sawit di berbagai jenis kendaraan.
Setelah sukses mengimplementasikan B40 di industri otomotif empat tahun lalu, uji coba berikutnya pada tahun 2024 akan berfokus pada alat pertanian (alsintan) dan industri perkeretaapian.
Langkah selanjutnya akan melibatkan industri pertambangan dan alat berat, serta alat perkapalan dan pembangkit listrik, yang rencananya akan dimulai dalam waktu dekat di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Secara keseluruhan, diperkirakan diperlukan 16 juta kiloliter B40 untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dengan persiapan dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, penerapan mandatori biodiesel B40 diharapkan dapat mendorong Indonesia menuju masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Implementasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional. (rpi)