- ANTARA
Bahlil Ungkap Investasi Geothermal Melonjak 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun, Nilainya Bisa Tembus Rp133,55 Triliun di Akhir 2024
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa dalam satu dekade terakhir, investasi di sektor energi panas bumi (geothermal) telah mencapai angka yang signifikan.
Total akumulasi investasi di sektor ini tercatat sekitar US$8,7 miliar atau setara Rp133,55 triliun (asumsi kurs Rp15.351).
Pertumbuhan investasi ini menjadi salah satu bukti perkembangan penting dalam upaya pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Menurut Bahlil, potensi geothermal Indonesia sangat besar, mencapai 40% dari total potensi global, atau setara dengan 24 gigawatt.
Dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 2,6 gigawatt, Indonesia berada di posisi kedua sebagai negara dengan kapasitas terbesar di dunia.
"Dalam 10 tahun terakhir, akumulasi investasi pembangunan PLTP juga tumbuh signifikan yaitu naik hingga 8 kali lipat, sehingga tahun 2024 diperkirakan investasi di geothermal sebesar US$8,7 miliar," ungkap Bahlil saat membuka acara Indonesia International Geothermal di Jakarta Convention Center, Rabu (18/9/2024).
Lebih lanjut, Bahlil menyebut pembangunan PLTP telah memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian, termasuk penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 900 ribu orang.
"Selain itu, pembangunan ini juga memberikan kontribusi pada negara sebesar kurang lebih Rp16 triliun," tambahnya.
Dampak positif dari pengembangan PLTP tidak hanya pada sektor ekonomi, tetapi juga lingkungan.
Bahlil menjelaskan bahwa PLTP mampu mengurangi emisi karbon dioksida hingga 17,4 juta ton CO2 per tahun di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas listrik sebesar 93 gigawatt, dengan 17,7 gigawatt atau 15% di antaranya berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional, targetnya pada 2025, porsi EBT dalam bauran energi nasional diharapkan mencapai 23%.
Namun, Bahlil juga mengakui bahwa pencapaian target tersebut masih terkendala oleh beberapa faktor.
Salah satu hambatan utama adalah jaringan listrik yang belum terhubung dengan baik.
"Contoh, energi baru terbarukan yang ada di Riau, tetapi jaringan listriknya belum ada di sana untuk menghubungkan, itulah faktor penyebabnya," jelasnya.
Meski begitu, Bahlil menegaskan bahwa geothermal tetap menjadi salah satu kunci penting dalam peningkatan porsi EBT di Indonesia.
Pemerintah akan terus mendorong pengembangan energi panas bumi ini sebagai upaya memperkuat sektor energi terbarukan.
Dengan perkembangan ini, geothermal menjadi salah satu instrumen penting bagi masa depan energi terbarukan di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan energi global. (rpi)