Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Beras dalam Negeri Mahal, tapi Pendapatan Petani Rendah.
Sumber :
  • tvonenews.com

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Beras dalam Negeri Mahal, tapi Pendapatan Petani Rendah

Jumat, 20 September 2024 - 11:16 WIB

Jakarta, tvonenews.com - Bank Dunia menyebut bahwa harga beras Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, namun kesejahteraan petani masih rendah.

Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, kesejahteraan petani Indonesia masih di bawah rata-rata. Bahkan, pendapatannya kurang dari US$1 per hari atau sekitar Rp15.207 dan setahun di bawah US$341 atau sekitar Rp5 juta. Pendapatan ini dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut harga beras yang tinggi di dalam negeri dipengaruhi oleh biaya produksi yang besar. 

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA, Rachmi Widiriani mengatakan, petani Indonesia berhak mendapat keuntungan karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Oleh sebab itu berdampak pada harga beras yang tinggi di pasaran. 

"Memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi, sehingga kalau kita runtut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi, jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan," kata Rachmi, di Bali, Jumat (20/9/2024) dilansir dari ANTARA.

Namun saat ini, lanjut dia, petani sedang mendapat cukup keuntungan karena harga gabah yang dibeli di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Nilai Tukar Petani (NTP) khususnya tanaman pangan, saat ini juga sedang dalam harga yang bagus. Menurutnya, hal ini saling terkait sehingga konsumen nantinya akan lebih mudah mendapatkan beras dengan harga yang terjangkau.

"Kalau benihnya bagus, nanti produktivitasnya meningkat, maka produksi satuan lahan itu juga meningkat, petani akan mendapatkan gen atau hasil dari penjualannya lebih bagus. Mungkin lama-lama kalau misalnya semakin luas lahan pertanian dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan, harga akan relatif menjadi stabil," ujar Rachmi.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa petani harus tetap mendapat keuntungan. Selain itu, perlu dilakukan efisiensi untuk meningkatkan produktivitas melalui inovasi dan penggunaan teknologi.

Rachmi memberikan contoh penggunaan drone untuk penyebaran pupuk ternyata lebih hemat 30 persen dibandingkan dengan cara manual. Hasil sebaran pupuk pun dinilai lebih merata untuk lahan yang luas. Menurutnya, efisiensi seperti itu dapat dilakukan guna menghemat biaya produksi.

"Memang harus melakukan efisiensi. Jadi dengan efisiensi, produktivitas naik, petani akan mendapatkan dua keuntungan, harga bagus, kemudian penghasilan yang bagus, produksinya tinggi, lama-lama harganya akan stabil," ujarnya.(nba)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
11:12
01:42
08:26
02:22
03:19
05:01
Viral