Saat Penerimaan Pajak Turun, APBN Alami Defisi Hingga Rp153,7 Triliun: Sri Mulyani Mengaku Masih Dalam “Track”.
Sumber :
  • Abdul Gani Siregar

Saat Penerimaan Pajak Turun, APBN Alami Defisit Hingga Rp153,7 Triliun: Sri Mulyani Mengaku Masih Dalam “Track”

Senin, 23 September 2024 - 18:27 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Di tengah turunnya penerimaan pajak selama periode Januari - Agustus 2024, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2024 justru kembali mengalami defisit sebesar Rp153,7 triliun.

Hingga Agustus 2024, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan defisit APBB sebesar Rp153,7 triliun ini, hanya setara dengan 0,68 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah ini masih jauh di bawah target defisit dalam APBN 2024.

"Defisit APBN hingga akhir Agustus (2024) adalah Rp153,7 triliun. Ini artinya 0,68 persen dari PDB, masih dalam track sesuai dengan UU APBN 2024," jelas dia, dalam konferensi pers APBN Kita, di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).

Bendahara Negara ini menjelaskan bahwa defisit APBN ini berarti mengalami pendapatan lebih kecil dibanding jumlah pengeluaran pemerintah.  Akan tetapi, jika dinilai dari sisi keseimbangan primer tercatat masih mengalami surplus sebesar Rp161,8 triliun.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan pendapatan negara sampai Agustus 2024 terkumpul Rp1.777 triliun, angka ini diketahui turun 2,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy).

Pendapatan tersebut berasal dari pajak, bea dan cukai, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). "Ini artinya 63,4 persen dari target dan ini kontraksinya 2,5 persen yoy. Kontraksi ini jauh lebih kecil dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya," ungkap dia.

Sementara itu, belanja negara mencapai Rp1.930,7 triliun atau meningkat 15,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Belanja ini dipergunakan untuk belanja K/L, belanja non K/L, dan transfer ke daerah.

Seperti diketahui, 2024 ini sejak awal tahun mengalami pertumbuhan dari belanja negara hingga double digit. Ini karena ada kebutuhan untuk Pemilu 2024, kemudian belanja bansos El Nino, dua faktor yang menyebabkan belanja negara membengkak. (agr)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral