- Abdul Gani Siregar
Ada Penurunan Suku Bunga, Menteri Keuangan Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Kuartal III 2024 Tumbuh Stabil
Jakarta, tvOnenews.com - Seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan, kinerja perekonomian Indonesia diyakini akan terus membaik pada kuartal III-2024 ini. Penurunan suku bunga acuan, baik di tingkat global dan domestik diyakini akan memberi sentimen positif, terutama dari sisi pembiayaan (cost of fund).
Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2024 tetap stabil. Menurut Sri Mulyani, hal ini dikarenakan adanya dukungan dari konsumsi yang terjaga kuat dan pertumbuhan investasi.
"Pertumbuhan ekonomi sampai kuartal III kami perkirakan masih terjaga momentumnya, ini dengan lingkungan global yang dinamis," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).
Bendahara negara ini berharap apabila terjadi pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate, maka hal ini akan memberi momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Sementara itu, volatilitas pasar keuangan juga diharapkan mengalami penurunan seiring arah kebijakan moneter negara maju.
Potensi dari dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kontraksi manufaktur, hingga fluktuasi harga komoditas dapat dimitigasi.
Ancaman Geopolitik
Meski ada sentimen positif dari penurunan suku bunga di tingkat global, Sri Mulyani juga mengingatkan potensi acaman dari kondisi geopolitik di berbagai belahan dunia. Kondisi yang sulit untuk diprediksi ini, menurut Sri Mulyani salah satunya berasal dari polemik geopolitik.
Dia menyebut potensi ancaman dari percikan tendensius Rusia-Ukraina, Israel-Palestina. Selain itukondisi Pemilu Amerika yang kian memanas dapat menentukan arah kebijakan. Oleh karena itu, Indonesia segera mengambil posisi waspada.
"Ini masih harus kita waspadai karena bisa menimbulkan swing terhadap direction dari policy yang kemudian mempengaruhi secara sistematik untuk perekonomian global," tandas dia.
Dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hingga Agustus 2024 Kementerian Keuangan mencatat defisit sebesar Rp153,7 triliun. Adapun, nilai tersebut, kata Sri Mulyani, setara dengan 0,68 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Bendahara negara ini menjelaskan bahwa defisit APBN ini berarti mengalami pendapatan lebih kecil dibanding jumlah pengeluaran pemerintah. Akan tetapi, jika dinilai dari sisi keseimbangan primer tercatat masih mengalami surplus sebesar Rp161,8 triliun.
Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan pendapatan negara sampai Agustus 2024 terkumpul Rp1.777 triliun, angka ini diketahui turun 2,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Pendapatan tersebut berasal dari pajak, bea dan cukai, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Sementara itu, belanja negara mencapai Rp1.930,7 triliun atau meningkat 15,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Belanja ini dipergunakan untuk belanja K/L, belanja non K/L, dan transfer ke daerah.
Seperti diketahui, 2024 ini sejak awal tahun mengalami pertumbuhan dari belanja negara hingga double digit. Ini karena ada kebutuhan untuk Pemilu 2024, kemudian belanja bansos El Nino, dua faktor yang menyebabkan belanja negara membengkak. (agr)