Hilirisasi industri yang digencarkan Presiden Jokowi ternyata dampak yang sangat signifikan..
Sumber :
  • tvOnenews.com/Julio Trisaputra

Meneropong Dampak Hilirisasi Industri Jokowi: Benarkah Nilai Ekspor Naik dan Lapangan Kerja Bertambah?

Rabu, 9 Oktober 2024 - 09:00 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap menekankan pentingnya hilirisasi industri dalam berbagai kesempatan. Presiden yakin bahwa hilirisasi adalah kunci utama untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.

Dengan fokus pada pengolahan sumber daya alam, Jokowi ingin mengubah wajah ekonomi Indonesia dari sekadar pemasok bahan mentah menjadi negara yang memproduksi barang bernilai tambah tinggi.

Menjelang akhir masa jabatannya, kinerja Jokowi semakin gencar dalam mendorong hilirisasi di berbagai sektor. Upaya ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada sumber daya alam Indonesia, yang melimpah namun sering diekspor mentah.

Meski menghadapi tekanan dari negara-negara Eropa, terutama terkait ekspor nikel, pemerintah tetap teguh menjalankan strategi ini.

Indonesia telah menapaki hilirisasi di sektor mineral seperti nikel dan bauksit, serta sektor agro seperti kelapa sawit. Hasilnya mulai terlihat dengan peningkatan devisa, investasi, serta lapangan kerja yang lebih luas.

Saat memberikan sambutan di acara BNI Investor Daily pada 8 Oktober 2024 di Jakarta, Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi dan digitalisasi untuk mendukung transformasi ekonomi.

"Satu hilirisasi, yang kedua digitalisasi. Digitalisasi yang namanya data center itu wajib segera kita miliki," kata Jokowi. 

Presiden juga memaparkan keberhasilan Indonesia dalam mengolah nikel menjadi stainless steel dan baterai, yang merupakan hasil nyata dari hilirisasi. Menurut Jokowi, dampak dari hilirisasi nikel sangat signifikan.

"Lompatannya kelihatan sekali dari yang 1,4-2 miliar US dolar sebelum nikel distop, kemudian melompat menjadi 34,8 miliar US dolar. Itu adalah sebuah lompatan yang besar sekali," ujarnya.

Selain nikel, smelter tembaga juga menunjukkan keberhasilan, dengan investasi mencapai puluhan triliun rupiah. Hilirisasi bauksit juga sudah dimulai dan akan terus dikembangkan.

Jokowi juga menyoroti pentingnya hilirisasi di sektor padat karya seperti pertanian, kelautan, dan pangan.

Komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam harus diolah sebelum diekspor, bukan hanya dikirim dalam bentuk mentah. Menurutnya, dengan luasnya lahan perkebunan kopi dan kakao di Indonesia, potensi ini harus dioptimalkan. 

Jokowi melihat potensi besar dari rumput laut, yang bisa digunakan untuk berbagai produk seperti pupuk organik, kosmetik, hingga bio avtur.

Lebih lanjut, Jokowi menegaskan pentingnya Indonesia menempuh jalannya sendiri dalam memanfaatkan sumber daya alam. Ia tidak ingin Indonesia mengikuti tren dunia yang malah membuat persaingan semakin ketat.

“Kalau kita fokus, komplit dengan rencana taktis, komplit dengan strategi taktis kita, saya meyakini tadi yang di depan saya sampaikan abad asia dan kita menjadi superpower itu betul-betul bisa kejadian,” tutur Jokowi.

Dampak Nyata Hilirisasi yang Digencarkan Jokowi

Data dari Kantor Staf Presiden (KSP) menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi Jokowi berperan penting dalam strategi ekonomi-politik Indonesia.

Negara-negara Eropa memang sempat menggugat Indonesia ke WTO terkait kebijakan hilirisasi, tetapi hal tersebut tak menghalangi upaya pemerintah.

Jokowi percaya, hilirisasi adalah cara bagi Indonesia untuk keluar dari kutukan sumber daya alam, di mana negara hanya bergantung pada ekspor bahan mentah tanpa nilai tambah.

Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mempercepat hilirisasi, seperti percepatan pembangunan smelter dan penguatan industri dalam negeri.

Jokowi yakin hilirisasi adalah mesin pertumbuhan yang akan membuat Indonesia sejajar dengan negara maju. Meski tidak mudah, Jokowi menganggap tantangan dalam proses industrialisasi ini sebagai bagian dari modernisasi.

Dalam Pidato Kenegaraan Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2024, Jokowi mengungkapkan bahwa kebijakan hilirisasi yang dijalankan pemerintah selama 8 tahun terakhir telah menciptakan 200.000 lapangan kerja.

Sebagian besar pekerjaan tersebut berasal dari industri pengolahan nikel, bauksit, dan tembaga. Selain itu, hilirisasi berhasil meningkatkan pendapatan negara sebesar Rp158 triliun selama periode tersebut. 

"Alhamdulillah, sampai saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit, dan tembaga yang membuka lebih dari 200 ribu lapangan kerja," ungkap Jokowi.

Kepala Negara juga menekankan bahwa Indonesia berhasil mengambil alih aset strategis seperti Freeport dan Blok Rokan dari pengelolaan asing, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Saat meresmikan pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material pada 8 Agustus 2024, Jokowi mengungkapkan bahwa ekspor hilirisasi nikel telah melonjak hingga Rp510 triliun.

"Sekarang (ekspor nikel) sudah 34 billion USD, dari yang sebelumnya Rp33 triliun atau melompat jadi kira-kira Rp510 triliun," ungkapnya.

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, terdapat 116 smelter nikel yang beroperasi, dalam konstruksi, dan direncanakan.

Sebanyak 97 smelter menggunakan proses pirometalurgi, sementara 19 lainnya menggunakan proses hidrometalurgi. Jumlah smelter ini terus bertambah seiring dengan peningkatan kebutuhan nikel di dalam negeri.

Presiden juga menyoroti keberhasilan pengembangan smelter tembaga yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral, dengan investasi yang mencapai puluhan triliun rupiah

Kebijakan hilirisasi Jokowi terbukti memberikan dampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Selain meningkatkan nilai ekspor, hilirisasi juga menciptakan lapangan kerja baru dan menambah pendapatan negara.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Indonesia terus melangkah maju dengan fokus pada pengolahan sumber daya alam dalam negeri. Dengan rencana strategis yang baik, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di Asia. (rpi)
 

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:16
43:11
04:17
01:49
02:45
04:20
Viral