- Gapki
Indonesia Butuh 20 Juta Kiloliter CPO untuk Dukung B50, Jawab Tantangan Uni Eropa yang Hambat Sawit RI
Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia memerlukan pasokan minyak sawit mentah (CPO) sebanyak 20 juta kiloliter per tahun demi mewujudkan program biodiesel 50% atau B50.
Hal ini diungkapkan oleh Kementerian Pertanian, yang menegaskan bahwa target ini harus dicapai untuk mendukung kebijakan energi ramah lingkungan di masa depan.
Menurut Ketua Tim Kerja Pemasaran Internasional Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Muhammad Fauzan Ridha, kapasitas industri biodiesel di Indonesia juga perlu ditingkatkan menjadi sekitar 25 juta kiloliter agar target B50 dapat tercapai.
"Sedangkan kapasitas terpasang industri biodiesel kita saat ini masih berada di kisaran 17-18 juta kiloliter," jelas Fauzan dalam diskusi publik yang diadakan oleh Indef di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Saat ini, Indonesia masih menerapkan program biodiesel B35. Pemerintah pun menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan campuran biodiesel dari B35 menjadi B40 pada tahun 2025, dengan tujuan akhir menerapkan B50.
Program B50 ini akan mencampurkan 50% minyak kelapa sawit dengan 50% solar.
Fauzan juga menjelaskan bahwa untuk program B35, kebutuhan CPO mencapai 13,4 juta kiloliter, sementara B40 memerlukan 16,08 juta kiloliter.
Angka ini akan terus meningkat seiring dengan rencana implementasi B50 di masa depan.
Pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan pengalihan sebagian alokasi ekspor CPO ke Eropa guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Langkah ini dipandang sebagai salah satu solusi menghadapi regulasi anti-deforestasi Uni Eropa atau European Union Deforestation Regulation (EUDR), yang menjadi tantangan bagi ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke benua tersebut.
Namun, Fauzan juga menekankan adanya tantangan dari kontrak jangka panjang dengan pembeli Eropa.
"Sejauh ini kajian masih berlangsung terutama mengenai aspek supply and demand, kajian ekonomi, kajian kelembagaan, pembiayaan, dan sarana prasarananya," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, ekonom senior dari Indef, Fadhil Hasan, turut berkomentar terkait peningkatan bauran biodiesel dari B35 ke B50.
Ia menyebut bahwa peningkatan ini harus sejalan dengan peningkatan produksi CPO dalam negeri agar keseimbangan pasokan antara sektor energi dan pangan tetap terjaga.
Fadhil memperingatkan bahwa jika produksi CPO tidak naik, peningkatan bauran biodiesel bisa menekan ekspor CPO, yang berpotensi mengakibatkan kenaikan harga CPO di pasar internasional.
Kondisi ini pada akhirnya akan berimbas pada harga minyak goreng di pasar domestik.
Penerapan program B50 di Indonesia memerlukan langkah-langkah strategis, termasuk peningkatan produksi CPO dan penyesuaian kapasitas industri biodiesel.
Meskipun tantangan regulasi di pasar Eropa mengharuskan kajian mendalam terkait pengalihan alokasi ekspor, program B50 dianggap sebagai bagian penting dalam mendukung energi berkelanjutan di Indonesia. (rpi)