- Istimewa
Ini Dia Tiga Unsur Penting NFT Agar Aset Digital Milik Kamu Laku
Jakarta - Setiap proyek atau aset digital NFT (Non-Fungible Token) yang baik, harus memiliki tiga unsur penting yang mendasar agar berhasil diterima publik. Agar aset digital milik kamu yang akan dijadikan NFT bisa laku di pasar digital, harus memiliki kombinasi ketiganya, jika tidak hal ini benar-benar dapat memengaruhi keberhasilan keseluruhan proyek tersebut. Tiga unsur dasar tersebut adalah Kelangkaan, utilitas, dan komunitas (rarity, utility, community).
1. Kelangkaan (rarity)
Kelangkaan tidak hanya penting bagi kolektor, bahkan lebih penting bagi kreator di balik proyek. Tanpa kelangkaan, proyek NFT berpotensi menjadi sangat membosankan dan besar kemungkinan sepi peminat.
“Kehadiran NFT di dalam kehidupan manusia itu penyebab utamanya karena ada kepemilikan, bisa dicatat untuk siapa. Perlu dicatat karena jumlahnya terbatas, bukan buat massal. Unsur langka akan terasa bila bukan buat massa sebab jumlahnya tidak bertambah, maka itu konsep NFT yang ideal,” papar CEO Kolektibel Pungkas Riandika.
2. Utilitas (utility)
Barang langka saja kurang cukup untuk menarik minat calon pembeli. Butuh fungsi (utilitas) sebagai nilai tambah sebelum membeli suatu NFT. Bisa saja suatu tidak punya fungsi, tapi segmen tersebut sangat niche karena hanya mampu menarik minat dari kolektor.
Pungkas mencontohkan proyek yang memiliki utilitas, misalnya NFT kuliner Indonesia. Para kolektornya berkesempatan mendapat akses untuk makan di restoran, jaringan franchise, atau sejenisnya. Kemudian mendapat diskon, mendapatkan welcome drink, tanpa waiting list, dan lainnya sebagai penawaran tambahan.
3. Komunitas (community)
Setelah dua poin di atas dilakukan, individu yang memiliki ketertarikan yang sama akan bersatu, tapi trik untuk panjang umurnya suatu komunitas itu kuncinya butuh konsistensi. Agar tidak menjadi salah satu NFT yang gagal, menciptakan komunitas yang kuat adalah kuncinya.
Ini semua mengenai: membawa nilai otentik kepada anggota, menciptakan hubungan melalui konsistensi dan usaha, dan membawa orang-orang dengan perspektif yang berlawanan untuk menyeimbangkan pandangan kreator.
“Sama halnya bagi brand. Pasti mereka ingin produknya dipakai oleh konsumen yang mencerminkan apa yang brand mau. Jadi bagi kreator itu, bagaimana dia harus mengupayakan bagaimana produknya itu dibeli duluan oleh komunitasnya sendiri agar terasa sesuai dengan market yang dia inginkan.” Ujar Pungkas.
“Dari sinergi yang kami lakukan, end game-nya adalah komunitas. Makanya dari rarity, utility, dan community itu paling enggak harus ada di tiap IP owner. Pemikirannya harus sesingkat itu ketika melihat suatu NFT,” tutupnya.(chm)