- Antara
Peneliti BRIN Lakukan Pengembangan Produk Pangan Lokal untuk Cegah Stunting
Jakarta, tvOnenews.com - Para peneliti di Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan produk pangan lokal untuk mengatasi masalah stunting
“Mengembangkan produk pangan lokal sangat penting dalam mengatasi stunting karena dapat memenuhi kebutuhan gizi secara berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di daerah,” kata Kepala PRTPP BRIN Satriyo Krido Wahono di Jakarta, Kamis (27/11/2024)
Satriyo menjelaskan bahwa selain mendorong masyarakat untuk memperbanyak konsumsi makanan berbasis komoditas lokal, penggunaan produk pangan lokal juga bisa meningkatkan nilai tambah dan memberdayakan ekonomi masyarakat setempat.
Menurutnya, pemakaian dan konsumsi pangan lokal juga dapat berkontribusi pada pengurangan pangan yang diimpor secara tidak langsung.
PRTPP BRIN telah menciptakan berbagai jenis produk pangan lokal, baik dari sumber nabati, hewani, dan laut.
Jika dilihat dari segi penanganan stunting, secara umum makanan ini kaya akan protein, terutama yang berasal dari hewan.
Selain itu, kalau makanan tersebut mengandung beberapa mineral tertentu, hal itu bisa membantu meningkatkan penyerapan gizi dalam tubuh, seperti zat besi (Fe), seng (Zn), dan kalsium (Ca).
Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan oleh BRIN adalah biskuit Moringa yang terbuat dari daun kelor dan diperkaya dengan vitamin serta mineral, dan Purula atau Peptida Unggul Rumput Laut.
Purula adalah makanan fungsional berbentuk flake tabur yang bisa membantu mencegah anemia, yang merupakan salah satu penyebab stunting.
Sebelumnya, Indonesia berhasil menurunkan angka stunting atau terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan balita sebesar 9,63 persen dalam lima tahun terakhir (2018-2023).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan enam tujuan sebagai target dalam percepatan penurunan angka stunting, di antaranya mengurangi prevalensi stunting di negara ini.
Di samping itu, pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, memastikan pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta memperbaiki akses air bersih dan sanitasi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa 48,39 persen atau 4,2 juta keluarga dari 8,6 juta keluarga yang berisiko stunting (KRS) di Indonesia telah mendapatkan pendampingan hingga pertengahan tahun 2024. (ant/nsp)