- Tangkapan Layar Siaran YouTube BI
Kala Gubernur BI Optimis Rupiah Kembali Menguat, Nyatanya Anjlok Jadi Rp16.225 per Dolar AS
Jakarta, tvonenews.com - Nilai tukar (kurs) rupiah kian anjlok pada perdagangan Kamis (19/12/2024). Kurs rupiah melemah 127 poin atau 0,79 persen menjadi Rp16.225 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.098.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan pelemahan tajam nilai tukar rupiah disebabkan Kepala The Fed (Federal Reserve) Jerome Powell memberikan pernyataan yang sangat hawkish terkait prospek suku bunga dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat tajam pasca pertemuan FOMC yang dimana The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 bps (basis points). Namun Kepala The Fed, Powell memberikan pernyataan yang sangat hawkish akan prospek suku bunga dengan mengindikasikan hanya akan terjadi pemangkasan sebesar 50 bps tahun depan, turun dari 75-100 bps perkiraan sebelumnya,” ujarnya.
Menurut dia, alasan mengapa The Fed memberikan pernyataan tersebut ialah proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari 2 persen menjadi 2,5 persen.
Padahal, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat didukung komitmen BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
"Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah," ucap Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta Pusat, dikutip Kamis (19/12/2024).
Perry mengungkap, pelemahan ini dipicu oleh berbagai faktor eksternal, termasuk tingginya ketidakpastian global dan arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed.
“Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan AS,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta Pusat, Rabu (18/12).
Ia juga menjelaskan bahwa ruang penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) semakin terbatas, sementara dolar AS terus menguat. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya risiko geopolitik, yang mendorong investor global memindahkan portofolio mereka ke Amerika Serikat.
Meski demikian, Perry memastikan pelemahan rupiah tetap terkendali dibandingkan mata uang regional lainnya.
“Bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 4,16 persen. Ini lebih kecil dibandingkan pelemahan dolar Taiwan (5,58 persen), Peso Filipina (5,94 persen), dan Won Korea (10,47 persen),” jelasnya.