- Pexel
Harga Emas Catat Kinerja Tahunan Terbaik Sejak 2010
Jakarta, tvOnenews.com - Harga emas mengalami lonjakan tahunan yang mengejutkan yakni lebih dari 27% di 2024, dan menjadikannya kenaikan terbesar sejak 2010.
Kenaikan harga emas ini didorong beberapa faktor diantaranya adalah meningkatnya permintaan aset safe haven serta kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral.
Namun, sentimen pasar dapat berubah lebih hati-hati tergantung pada kebijakan yang diambil di bawah pemerintahan kedua Donald Trump di Amerika Serikat.
Pada Selasa (31/12), harga emas spot naik 0,69% jadi US$ 2.624,50 per ons troi, sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,9% lebih tinggi di US$ 2.641,00.
Reli emas di 2024 juga didukung oleh pembelian besar-besaran oleh bank sentral, ketidakpastian geopolitik, serta pelonggaran kebijakan moneter. Pada 31 Oktober 2024, harga emas bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 2.790,15.
Melansir dari Reuters, analis memproyeksikan bahwa faktor-faktor pendukung emas di 2024 akan terus berlanjut hingga 2025.
Tapi, kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Trump berpotensi menjadi hambatan, terutama jika inflasi meningkat dan penurunan suku bunga Federal Reserve melambat.
"Emas berada dalam pasar bull sekuler, tetapi arah perjalanannya tidak akan searah pada tahun 2025 seperti pada tahun 2024," ujar Nicky Shiels, Kepala Strategi Logam di MKS PAMP SA.
Ia menambahkan bahwa puncak kekhawatiran politik telah mereda setelah kemenangan telak Trump. Tren pembelian emas oleh bank sentral diperkirakan berlanjut pada 2025, tetapi arus pembelian tersebut akan lebih tersembunyi mengingat ancaman tarif Trump terhadap negara-negara yang dianggap aktif melakukan dedolarisasi.
Lingkungan suku bunga rendah telah membuat emas bersinar sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik. Sayangnya, reli emas mulai kehilangan momentum pada November kala dolar AS yang kian menguat serta optimisme pasca-kemenangan Trump.
"Kami pikir pasar emas telah berhenti sejenak setelah pemilihan presiden AS tetapi akan kembali lagi pada tahun 2025 didukung oleh kemerosotan lebih lanjut di pasar tenaga kerja AS, suku bunga yang masih tinggi membebani pertumbuhan, dan permintaan ETF yang lebih tinggi," ujar Tom Mulqueen, ahli strategi logam di Citi Global Markets.
Di sisi lain, harga perak spot turun 0,3% menjadi US$ 28,87 per ons, harga paladium naik 0,9% ke US$ 908,67, dan harga platinum turun 0,1% menjadi US$ 903,15.
Perak mencatat tahun terbaiknya sejak 2020 dengan kenaikan hampir 22% sejauh ini, sementara platinum dan paladium mencatat kerugian tahunan, masing-masing turun lebih dari 8% dan 17%.
Mulqueen memprediksi harga perak akan naik hingga US$ 36 per ons akibat defisit besar di pasar serta pemangkasan suku bunga Fed hingga 2025. Namun, ia menambahkan bahwa permintaan industri untuk perak pada 2025 tidak akan melampaui permintaan untuk emas. (nsp)