- tvOnenews.com/Abdul Gani Siregar
Pemprov DKI Putar Haluan, Koridor 1 TransJakarta Selamat dari Penghapusan
Jakarta, tvOnenews.com – Rencana penghapusan rute TransJakarta koridor 1 Blok M-Kota akhirnya dibatalkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Kepastian ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, setelah kunjungan kerja DPRD DKI Jakarta ke rute tersebut.
“Terkait isu penutupan koridor 1, kami sampaikan bahwa tidak ada penutupan koridor 1,” tegas Syafrin saat berada di Halte Cakra Selaras Wahana (CSW), Jakarta Selatan, Rabu (15/1).
Pemprov DKI, lanjut Syafrin, masih terus mengkaji pengembangan sistem transportasi massal di Jakarta secara makro.
Kajian tersebut mencakup pembangunan MRT Jakarta fase 2A rute Bundaran HI-Kota yang ditargetkan rampung pada 2029, MRT Jakarta fase 3 timur-barat Cikarang-Balaraja, hingga LRT Jakarta fase 1B rute Velodrome-Manggarai.
“Tahun ini kami akan melakukan kajian komprehensif, termasuk update terhadap kajian-kajian sebelumnya. Evaluasi menyeluruh juga dilakukan untuk menjadikan angkutan berbasis rel sebagai backbone layanan angkutan umum massal Jakarta,” kata Syafrin.
Sebelumnya, wacana penghapusan koridor 1 muncul karena jalur MRT Jakarta fase 2A yang akan beroperasi memiliki rute paralel dengan TransJakarta Blok M-Kota.
Pemprov DKI berencana menghemat pengeluaran subsidi transportasi atau public service obligation (PSO) yang mencapai triliunan rupiah per tahun.
“Kita harus melakukan efisiensi pengelolaan dana PSO. Berdasarkan kajian, layanan yang sifatnya paralel 100 persen akan ada dua subsidi di sana,” jelas Syafrin.
Meski begitu, Syafrin memastikan layanan koridor 1 tidak akan sepenuhnya hilang. Rute tersebut akan diubah dan halte-halte yang ada akan tetap beroperasi.
“Untuk koridor Blok M-Kota ini akan dilakukan rerouting, tetapi menunggu selesai pembangunan MRT fase 2A yang kita harapkan operasional penuh pada 2029,” ujarnya.
Rencana penghapusan koridor 1 sebelumnya memicu kritik publik. Banyak masyarakat menilai rute Blok M-Kota masih dibutuhkan karena volume penumpang tetap tinggi meski MRT fase 1 telah beroperasi. Hal ini menjadi salah satu alasan Pemprov DKI mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.
Ke depan, moda transportasi utama di Jakarta akan berbasis rel seperti MRT, LRT, dan KRL, sementara TransJakarta diproyeksikan menjadi pengumpan menuju stasiun-stasiun angkutan berbasis rel.
“Kami tetap berkomitmen menyediakan layanan transportasi yang efisien dan terintegrasi bagi masyarakat Jakarta,” pungkas Syafrin. (agr/rpi)