- ANTARA
Garuda Indonesia Tambah Armada Baru, Ternyata Sama dengan Jenis Pesawat Jeju Air yang Alami Insiden Fatal
Jakarta, tvOnenews.com - Maskapai nasional Garuda Indonesia (GIAA) baru saja menambah armada baru berupa pesawat narrow-body Boeing 737-800NG dengan nomor registrasi PK-GUG. Pesawat ini tiba pada akhir Desember 2024 dan menjadi armada kedua dari empat pesawat tambahan yang direncanakan untuk diterima hingga kuartal pertama 2025.
Pesawat tersebut telah melakukan penerbangan perdana pada Sabtu, 18 Januari 2025, dengan nomor penerbangan GA-422 untuk rute Jakarta-Denpasar.
Tak disangka, jenis pesawat yang kini dioperasikan Garuda Indonesia sama dengan jenis pesawat yang digunakan oleh Jeju Air dalam kecelakaan tragis di Korea Selatan, yaitu Boeing 737-800.
Pesawat ini termasuk dalam seri Boeing 737, yang dikenal sebagai pesawat berbadan sempit (narrow-body) dan sering digunakan untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah. Model Boeing 737-800 sendiri populer karena efisiensi bahan bakar serta kapasitas penumpangnya yang memadai.
Sebagai informasi, pada 29 Desember 2024, pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 mengalami kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan.
Insiden tersebut mengakibatkan 179 korban jiwa dari total 181 penumpang dan awak pesawat, sementara dua awak kabin berhasil selamat dan kini menjalani perawatan di rumah sakit.
Pesawat tersebut tengah dalam penerbangan dari Bangkok menuju Muan. Saat mendekati bandara, pilot melaporkan adanya tabrakan dengan burung dan menyatakan keadaan darurat.
Upaya pendaratan darurat dilakukan, tetapi pesawat keluar dari landasan pacu, menabrak struktur beton yang menopang antena navigasi, dan terbakar hebat. Kecelakaan ini tercatat sebagai salah satu insiden penerbangan paling mematikan di Korea Selatan.
Investigasi awal menunjukkan bahwa tabrakan dengan burung (bird strike) menjadi faktor utama insiden tersebut. Bulu dan darah burung ditemukan di kedua mesin pesawat.
Selain itu, struktur beton di ujung landasan pacu diduga memperparah dampak kecelakaan. Pemerintah Korea Selatan berencana mengganti struktur beton di Bandara Muan dengan material yang lebih mudah hancur untuk meningkatkan keselamatan penerbangan. Kebijakan serupa juga akan diterapkan di enam bandara lain di negara tersebut.
Bandara Muan ditutup sementara hingga 18 April 2025 untuk proses investigasi dan perbaikan. Pada 17 Januari 2025, temuan tambahan berupa bulu dan darah burung di kedua mesin pesawat semakin memperkuat dugaan bahwa bird strike menjadi penyebab utama kecelakaan.
Namun, penyelidikan lebih lanjut terhambat karena perekam data penerbangan (black box) berhenti merekam empat menit sebelum kejadian, sehingga menyulitkan rekonstruksi penuh dari insiden tersebut.
Tragedi ini membawa duka mendalam dan mendorong evaluasi besar-besaran terhadap prosedur keselamatan penerbangan di Korea Selatan. (nsp)