- Istimewa
Geopolitik Internasional Tak Pasti, Kondisi Perekonomian Dipastikan Stagnan
Jakarta - Kondisi geopolitik internasional yang belum stabil dapat menyebabkan industri tidak tenang dalam menjalankan kegiatan usaha.
Pernyataan tersebut disampaikan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. Dirinya menyebut kondisi tidak tenang dan aman ini menjadi perekonomian yang stagnan.
"Memang masalah geopolitik ini kalau tidak mereda, situasi tidak tenang, tidak aman, tidak stabil, maka ini tidak akan membuat perekonomian tumbuh, tidak membuat pelaku usaha tenang dalam menjalankan kegiatan ekonominya," ujar Hikmahanto
Hikmahanto menilai meski saat ini dunia baru saja selesai dari pandemi Covid-19, meski belum sepenuhnya, masih ada kondisi-kondisi geopolitik yang cukup mempengaruhi stabilitas ekonomi dunia.
Kondisi tersebut diantaranya perang antara Ukraina dan Rusia, serta gesekan antara China dan Taiwan yang baru-baru ini terjadi.
Rektor Universitas Jenderal A. Yani itu mengkhawatirkan respon Pemerintah China yang mungkin akan membentuk operasi militer khusus terhadap Taiwan. Hal itu serupa dengan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
"Kalau ini terjadi, maka kawasan kita, yang akan terdampak sangat luar biasa. Kawasan kita yang kemudian akan bergejolak dan pelaku bisnis itu tidak akan melakukan usaha mereka dengan tenang," ujarnya.
Hikmahanto pun menilai perang antara Rusia dan Ukraina masih menjadi salah satu hal yang akan mempengaruhi ekonomi global.
Namun, menurut dia, situasi di Ukraina dan Rusia mulai mencatatkan progres menuju perdamaian. Hal itu ditandai dengan adanya kesepakatan soal rantai pasok pangan yang tidak akan diganggu Rusia.
Menurut Hikmahanto, kesepakatan tersebut juga merupakan buah dari kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia beberapa waktu lalu.
Ia menyebut meski Presiden Jokowi tidak secara gamblang meminta gencatan senjata, namun Kepala Negara menyampaikan apabila perang terus terjadi, maka negara berkembanglah yang jadi pihak yang sangat menderita karena terganggunya rantai pasok pangan. Miliaran orang di negara berkembang akan kesulitan mendapatkan pasokan pangan.
"Ini kecerdasan Presiden dalam meminta gencatan senjata, bagaimana dia membungkus isu gencatan senjata dengan isu yang lebih besar yaitu krisis kemanusiaan dan alhamdulillah sudah ditindaklanjuti Sekjen PBB dan Turki, ada kesepakatan pasokan gandum dari Ukraina tidak diganggu Rusia," kata Hikmahanto.(ppk