- Xinhua
Kominfo Dorong Presidensi G20 Indonesia Pacu Hilirisasi Ekonomi Digital
Jakarta - Selaku leading sector transformasi digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi pengampu Kelompok Kerja Ekonomi Digital G20 atau G20 Digital Economy Working Group (DEWG) dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
Mengingat sifat isu digital yang strategis, dinamis dan multisektoral, keterlibatan semua pihak dari berbagai sektor sangatlah diperlukan baik dalam akselerasi transformasi digital maupun penyelenggaraan G20 DEWG.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba mendorong industri memanfaatkan momentum Presidensi G20 Indonesia sebagai momentum sekaligus panggung bersama dalam memacu hilirisasi ekonomi digital.
“Kami dari awal sangat menyadari bahwa G20 ini panggung kita bersama. Bukan saja pemerintah, kami juga mengajak industri dan bahkan UMKM lokal untuk turut serta dalam berbagai rangkaian kegiatan G20 DEWG,” tuturnya dalam Media Briefing ITF DEWG dengan tema ‘Membangun Sinergi Ekosistem Digital untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Global Pascapandemi’ di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurut Mira, dari para rekan industri yang tergabung dalam Industry Task Force (ITF) telah banyak memberikan dukungan penyelenggaraan, lalu para pelaku UMKM juga diberikan kesempatan untuk memamerkan dan menjual hasil karyanya kepada delegasi negara anggota G20.
"Selain itu, teman-teman akademisi dan ahli dari berbagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia juga memberikan berbagai masukan substantif terhadap dinamika diskusi maupun perundingan persidangan,” lanjutnya.
Menurut Sekjen Kementerian Kominfo, pembahasan dalam DEWG akan menjadi pondasi pembahasan isu transformasi digital dalam Presidensi G20 Indonesia.
“Nah, jadi kami melihat hilirisasi pemanfaatan digital itu dilakukan di banyak sektor. DEWG mengambil posisi sebagai pondasinya. Pondasinya itu apa? Hard infrastructure yang berupa konektivitas digital karena kita tidak bisa bicara digital ini dan digital itu tanpa adanya konektivitas. Apabila infrastrukturnya ada namun tidak bisa dimanfaatkan secara produktif, maka tidak ada nilai tambahnya. Oleh karena itu, soft infrastructure atau kualitas talenta dan sumber daya manusia digital juga harus diperkuat,” tegasnya.
Selanjutnya, yang menjadi fokus Indonesia berkaitan dengan tata kelola data.
“Karena pada akhirnya data itu yang kemudian mengalir hilir-mudik dalam berbagai aktivitas digital yang dilakukan oleh masyarakat. Jika diibaratkan sebagai pipa, konektivitas digital itu adalah pipanya lalu SDM digital yang berkualitas adalah pihak yang memanfaatkan pipa tersebut. Lalu dalam pipa tersebut data lah yang mengalir di dalam-nya. Inilah yang kemudian menjadi dasar ketiga isu prioritas yang diangkat dalam G20 DEWG selama masa Presidensi G20 Indonesia,” jelas Sekjen Mira Tayyiba.
Presidensi G20 Indonesia membawa tema “Recover Together, Recover Stronger” dengan tiga isu utama, yakni Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Berbasis Digital dan Transisi Energi.
Sementara dalam G20 DEWG yang secara khusus membawahi isu-isu digital mengambil tiga isu prioritas, yaitu Connectivity and Post Covid-19 Recovery, Digital Literacy and Digital Skills serta Data Free-Flow with Trust and Cross Border Data Flow. (rul/nsi)