- Istimewa
Harapan Pelaku UMKM di Bali Terhadap KemenKopUKM
Untuk sekedar bertahan hidup dan mempertahankan usahanya agar tetap berlangsung, Witari harus melepas beberapa aset penting miliknya. Meski begitu, Witari masih merasa terlalu berat bebannya lantaran tidak ada pemasukan sama sekali. Di sisi lain dia harus membayar kewajiban ke bank mitra setiap bulannya.
Demi mengurangi beban operasional di tengah sepinya order akibat Covid-19 mulai awal tahun 2020 hingga pertengahan tahun 2021, Witari mencoba mengajukan restrukturisasi ke perbankan. Dia mengaku mendapat informasi terkait program restrukturisasi dari pemerintah dari rekan kerja.
Selanjutnya dia mendatangi customer service perbankan swasta yang menjadi mitra pembiayaannya untuk menanyakan syarat dan proses pengajuan restrukturisasi.
"Jadi kami coba ajukan restrukturisasi perbankan, terpaksa kami tempuh jalan itu karena berat sekali beban kami dan ternyata kami bisa mendapatkan manfaat dari program restrukturisasi sehingga kami hanya bayar bunga saja," katanya.
Sebelum Covid-19, total order yang bisa dipenuhi oleh Witari khusus pasar luar negeri bisa mencapai 10 kontainer per tahun. Namun saat ini setelah Covid-19 mereda, dia hanya bisa memenuhi order maksimal dua kontainer. Meski begitu dia bersyukur saat ini secara perlahan permintaan produk dari dalam dan luar negeri mulai bergeliat lagi.
Dari sisi omset usaha, Witari mengakui terjadi penurunan yang sangat drastis setelah wabah melanda. Sebelum Covid-19 mewabah, omset usaha mencapai Rp4 miliar, namun kini maksimal Rp1,5 miliar.
"Saat Covid-19 sedang tinggi-tingginya, semua buyer kita tanyain ternyata mereka juga mengalami kondisi yang sama. Jadi otomatis kami harus menunggu, setelah itu kami kontak lagi akhirnya mulai muncul kerjasama order di pertengahan 2021 dan kini mulai normal lagi," katanya.