- Muhammad Noer
Sulsel Peringkat 5 Nasional Pengguna QRIS
Makassar, Sulawesi Selatan - Sulawesi Selatan saat ini menempati peringkat ke 5 nasional pengguna QRIS terbanyak sepanjang tahun 2022. Hal tersebut menjadi salah satu tolak ukur aktifitas transaksi perekonomian yang terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dikemukakan Direktur Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Fadjar Majardi, pada ajang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, di Makassar, Rabu (30/11/2022).
"Jumlah merchant dan pengguna QRIS (Quick Response Indonesian Standard) terus bertambah. Pada Oktober 2022, telah terdapat tambahan lebih dari 341 ribu pengguna baru QRIS, menempatkan Sulsel sebagai provinsi dengan pengguna QRIS terbanyak ke-5 nasional," ungkap Fadjar Majardi.
Disamping itu intermediasi perbankan di Sulsel juga terus membaik selama tahun 2022, hal tersebut salah satunya ditandai oleh pembiayaan perbankan ke sektor Rumah Tangga, Korporasi, UMKM, dan perbankan yang terus meningkat, dengan risiko kredit (NPL) yang terjaga. Aktivitas perekonomian yang meningkat juga dibarengi dengan perkembangan positif sistem pembayaran digital.
"Dalam menjalankan fungsi dan tugas di daerah, BI Sulsel secara rutin melakukan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan liaison kepada para pelaku usaha di wilayah Sulsel. Pada ajang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 ini, BI Sulsel memberikan apresiasi kepada responden SKDU terkooperatif (Eastern Pearl Flour Mills, Sermani Steel, dan Hadji Kalla) dan kontak liaison terkooperatif (Bogatama Marinusa, Asia Sejahtera Mina, dan Biota Laut Ganggang) selama tahun 2022," ujar Direktur Perwakilan Bank Indonesia Sulsel Fadjar Majardi,
Sejalan dengan arah perkembangan ekonomi nasional, ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2022 mengindikasikan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut disertai dengan inflasi yang meningkat.
Pelonggaran mobilitas masyarakat di tengah semakin terkendalinya pandemi saat ini juga sudah memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sementara itu, inflasi Sulsel diperkirakan terus meningkat di akhir 2022. Salah satunya seperti pada peningkatan inflasi hingga Oktober lalu dikontribusikan oleh komoditas angkutan udara, angkutan dalam kota, minyak goreng, dan bensin yang dipengaruhi oleh harga komoditas dan energi global.
Dengan potensi dan risiko yang dihadapi, serta dengan berbagai kebijakan dan program di daerah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi, Bank Indonesia memprakirakan bahwa perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh kuat di tahun 2023 pada rentang 4,6%-5,4% dengan inflasi yang tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi Nasional 3,0±1%.
Dari sisi kinerja eksternal, surplus neraca perdagangan Sulawesi Selatan terus berlanjut hingga triwulan III 2022 ditengah peningkatan impor bahan baku seperti gandum dan besi paduan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan yang sedang meningkat.
Surplus neraca perdagangan dapat terjaga seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekspor nikel, besi baja, dan rumput laut yang merupakan bahan baku bagi industri di negara mitra dagang, terutama negara asia seperti Tiongkok dan Jepang.
Meski memasuki tahun 2023, dikhawatirkan risiko terjadinya resesi global akan membawa dampak bagi perekonomian nasional dan Sulsel, yang mana resiko ini akan memunculkan perilaku wait and see dari para investor dalam merealisasikan investasinya.
Namun demikian, Sulsel memiliki potensi dan modal yang besar untuk dapat tumbuh kuat baik dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja, dan dari posisinya sebagai hub kawasan timur Indonesia. Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, peningkatan produksi bahan pangan Sulsel berpeluang terus didorong untuk memenuhi kebutuhan nasional yang terus meningkat.
(mnr/asm)