- Endra Kusumah
Slurp, Asyiknya Ngopi di Kebun Stroberi
Bandung Barat, Jawa Barat - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membuat pemilik warung kopi di Desa Cikahuripan, Kampung Cisaroni, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, bernama Wawang harus berinovasi. Selain jualan kopi, kini Wawang menambahkan usaha sampingan menjadi petani stoberi.
Sejak akhir April, Wawang mengubah lahan tidur menjadi kebun stroberi. Usaha yang dirintisnya itu mulai bergerak pada awal Mei.
“Kebetulan ada lahan kaveling nganggur, luasnya 3 kaveling. Satu kavlingnya 25 tumbak (350 meter persegi), semuanya ada 75 tumbak. Yang satu kita buat lesehan saung dan parkiran, yang kaveling kedua udah produksi buat stroberi dan yang terakhir perluasan lahan stoberi,” ujar Wawang saat dihubungi, Rabu (18/8).
Dia mengakuusahanya yang terdahulu yakni kafe kopi terimbas pandemi Covid-19. Konsumen yang dulu kerap nongkrong untuk ngopi di kafe, kini menurun. Untuk menyiasatinya, ia pun membangun kebun stoberi yang letaknya berdekatan dengan kafe miliknya.
Wawang pun mengajak rekan-rekannya untuk membangun kebun stoberi ini sehingga mereka tetap memiliki pemasukan. Kebun stoberi ini memanfaatkan lahan nganggur milik keluarganya.
“Kebetulan saudara lahannya berantakan banyak rumput liar, dan kita manfaatkan itu,” terangnya.
Rencana awal, ungkap Wawang, kebun stoberi ini hanya pemanis untuk kafe kopi. Namun ternyata, konsumen lebih tertarik pada kebun stoberi, karena mereka bisa memetik sendiri.
“Tapi kenyataan lain, kita bikin dulu bangun stoberi. Setelah berbuah, kebetulan banyak dari konsumen kafe kopi yang coba memetiknya. Kita datangin konsumen, banyak yang bilang stoberi cenderung manis,” ungkapnya.
Disinggung soal jenis stoberi yang ditanamnya, Wawang menjelaskan, miliknya merupakan varitas stroberi unggulan hasil persilangan dari varietas California Strawberry dengan varietas festival. Persilangan ini menghasilkan bibit unggul dengan jumlah stroberi yang sangat lebat dan berbuah tanpa mengenal musim.
“Rasanya dominan manis, karena memakai pupuk organik serta memanfaatkan limbah dapur,seperti air tajin beras. Tujuannya untuk menekan biaya,” terangnya.
Stoberi yang ditanamnya pun berkembang dari semula 300 polibag, kini sudah ratusan.
“Rata-rata ini satu juta rupiah seharinya. Kalau hari weekend 1 juta hingga 2 juta rupiah seharinya. Dari 300 pelanggan,” tambahnya.
Saat ini, kendati lokasi wisata ditutup, hal tersebut tidak berdampak pada usahanya. Malah semenjak pandemi, bisnisnya meningkat.
“Banyak pelanggannya jadi dipaketin, baik itu dikirim sebagian stroberi olahan mentah, sebagian lagi produk olahan,” ungkapnya.
Makin banyaknya permintaan membuat Wawang mengajak temannya ikut memanfaatkan lahan tidur.
“Kita bikin teman-teman yang dulu ikut nongkrong (manfaatkan lahan), bagi-bagi rejeki dibangun di lahan tidur. Kita juga tidak menekankan merek kita. Langganan banyak ya kita kasih pelanggan,” pungkasnya. (Endra Kusumah/act)