- tim tvOne
Ulasan Film: 'Notebook'
Wali siswa tersebut rupanya menolak memberikan izin kepada anaknya untuk bersekolah dengan alasan tekanan ekonomi sehingga membutuhkan tambahan tenaga dari sang anak untuk bekerja. Intinya, ada sedikit singgungan dari film tersebut terhadap potret sebagian anggota kelas ekonomi bawah yang masih meragukan bahwa pendidikan bisa menjadi alat untuk mengubah nasib hidup.
Mendekati akhir durasinya, film ini semakin menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah untuk menceritakan kisah romansa klise, perjodohan karena balas budi dan cinta yang bisa datang secara tiba-tiba.
Padahal, isu sensitif seperti pandangan sebuah agama yang menjadi minoritas di suatu daerah hanya diposisikan sebagai hiasan di awal. Tidak ada eksekusi yang serius. Film ini lebih banyak berkisah tentang hal-hal seputar cinta yang penuh dengan potret cinta dan kebimbangan.
Namun, kompleksitas kisah cintanya juga terasa setengah hati ketika diangkat, terutama mengenai masalah Rintik dalam
menghadapi perjodohannya. Ketika dia diberitahu untuk menghindari situasi tersebut, tidak ada upaya untuk menjelaskan mengapa dia menolak pertandingan atau upaya untuk menegaskan penolakannya.
Penokohan Rintik dalam film 'Notebook' memang sangat aneh. Awalnya, ketika isu kehadiran Rintik diremehkan karena merupakan satu-satunya guru muslim di sekolah tersebut, sosoknya digambarkan cukup anggun dalam menjaga diri dan membatasi kedekatan dengan lawan jenis, bahkan menolak berjabat tangan dengan lawan jenis. Kepala sekolah. Namun, seiring berjalannya cerita, Rintik seolah mengesampingkan keanggunannya sebagai seorang muslimah.
Rintik rela merangkulnya saat Arsa menyuruhnya bertahan sambil mengayuh sepeda, mengulurkan tangan membantu, bahkan memeluk pria yang membuatnya merasakan perasaan cinta yang baru. Penyajian ceritanya memberikan kesan bahwa 'Notebook' bermaksud untuk menggambarkan efek samping dari cinta yang dapat menggoyahkan iman, kemudian