- healthline.com
3 Macam Autisme pada Anak dan Rekomendasi Perawatannya
Dulu dokter mendiagnosa dan membagi autisme ke dalam empat kategori. Namun kini para ahli medis sepakat untuk menyederhanakan klasifikasi autisme ini ke dalam satu kategori induk yakni autism spectrum disorder (ASD).
ASD ini lalu dibagi lagi ke dalam tiga bagian untuk menjelaskan tingkat ketergantungan pemilik autisme kepada lingkungan sekitarnya.
Secara umum ASD ini dicirikan dengan tantangan yang dihadapi orang - orang dengan autisme dalam interaksi sosial dan berkomunikasi sehari - hari. Selain itu autisme juga dikenali dengan pola - pola aktivitas dan perilaku yang berbeda dari orang - orang pada umumnya.
Apa Itu Autisme (ASD)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, autisme atau ASD ini adalah sebuah terminologi payung yang menaungi beberapa spektrum hambatan perkembangan syaraf kompleks (complex neurodevelopmental disorders) pada manusia.
Spektrum ini kemudian dapat dipecah lagi sesuai dengan perbedaan, kemampuan, dan keahlian yang dimiliki orang - orang dengan autisme.
Dilansir dari medicalnewstoday.com, orang - orang dengan autisme biasanya memiliki kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan kebiasaan perilaku yang berulang, serta menghadapi kesulitan tertentu dalam beberapa aspek hidupnya.
Gejala autisme dapat diketahui sejak dini pada usia balita. Adapun beberapa ciri awal dari anak penyandang ASD ini antara lain:
- tidak atau hanya mau melakukan sedikit kontak mata yang konsisten
- kesulitan menanggapi upaya orang dewasa untuk mendapatkan perhatian
- kesulitan dengan pola komunikasi dua arah
- berbicara panjang lebar tanpa mampu mengukur minat orang lain
- nada suara yang datar
- kesulitan dalam mencari perspektif
- sensitivitas sensorik
- mengulangi perilaku, kata, atau frasa tertentu
- minat yang sangat kuat hanya pada hal-hal tertentu
- menjadi kesal dengan perubahan rutinitas
- sering mengalami masalah tidur
Kemampuan dan kebutuhan orang - orang dengan ASD ini berbeda - beda dan berubah seiring waktu. Ada beberapa orang autis yang dapat hidup mandiri, namun ada pula yang memiliki ketakmampuan yang parah sehingga memerlukan bantuan orang lain seumur hidupnya.
Walaupun orang dengan autisme ini memiliki banyak tantangan dalam hidup, tak bisa dipungkiri pula bahwa mereka juga memiliki kelebihan seperti:
- ingatan yang superior untuk fakta dan angka
- pengetahuan khusus dalam topik yang diminati
- tingkat motivasi dan antusiasme yang tinggi dalam kegiatan yang diminati, dengan dorongan untuk berbagi kesenangan dan antusiasme ini dengan orang lain
- tingkat akurasi yang tinggi dalam berbagai tugas
- memiliki pendekatan inovatif untuk pemecahan masalah
- memiliki perhatian luar biasa terhadap detail
- kemampuan untuk mengikuti instruksi secara akurat jika diajarkan dengan bimbingan yang tepat
- kemampuan luar biasa dalam keterampilan kreatif
- kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif berbeda dan karena itu menawarkan wawasan yang unik
- kecenderungan untuk tidak menghakimi, jujur, dan setia dalam hubungan sosial
- selera humor yang unik
Diagnosa dan 3 level ASD
Dokter dan ahli medis biasanya dapat melakukan serangkaian aktivitas untuk mengetahui apakah seorang anak ini memiliki risiko autisme. Dokter mendiagnosanya berdasarkan daftar yang telah dicantumkan di atas seperti interaksinya anak dengan orang lain serta menanyakan pula kebiasaan anak di rumah kepada orang tua atau pengasuh.
Para ahli medis membagi autisme atau ASD ini ke dalam tiga level untuk menentukan tipe bantuan yang harus diterima oleh orang - orang dengan autisme untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Adapun tiga level itu antara lain:
1. Membutuhkan bantuan
Masalah komunikasi yang biasanya dimiliki oleh penyandang autisme level 1 adalah:
- Kesulitan memulai interaksi sosial
- Kegagalan atau memiliki respon tak biasa ketika berinteraksi sosial dengan orang lain
- Ketertarikan yang rendah terhadap interaksi sosial
- Memiliki kemampuan membangun kalimat yang baik dan merespon ketika diajak berkomunikasi, namun kesulitan ketika ada komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik
- Kesulitan dalam mencari kawan
2. Cukup membutuhkan bantuan
Masalah komunikasi yang biasanya dimiliki oleh penyandang autisme level 2 adalah:
- Permasalahan pada komunikasi sosial baik itu verbal maupun nonverbal
- Permasalahan sosial tetap terjadi meskipun telah mendapat support
- Aksi yang terbatas ketika memulai interaksi sosial
- Respon yang terbatas ketika menerima interaksi sosial dari orang lain
- Interaksi hanya terbatas pada isu - isu tertentu yang dianggap menarik baginya
- Perbedaan - perbedaan mencolok lainnya dalam komunikasi nonverbal
Perilaku repetitif juga semakin kentara pada penyandang ASD level 2 seperti:
- Perilaku tidak fleksibel
- Kesulitan menghadapi perubahan
- Perilaku terbatas atau berulang yang jelas bagi pengamat biasa dan mengganggu fungsi dalam beberapa konteks
- Kesulitan mengubah fokus atau tindakan
3. Sangat membutuhkan bantuan
Masalah komunikasi yang biasanya dimiliki oleh penyandang autisme level 3 adalah:
- masalah parah dalam komunikasi sosial verbal dan nonverbal
- Inisiasi interaksi sosial yang sangat terbatas
- Respons minimal terhadap interaksi sosial dari orang lain
- Menggunakan beberapa kata yang tak dapat dipahami
- Metode yang tidak biasa dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan hanya menanggapi pendekatan yang sangat langsung
Perilaku repetitif juga sangat terlihat pada penyandang autisme level 3 seperti:
- Perilaku tidak fleksibel
- Kesulitan ekstrim dalam menghadapi perubahan
- Perilaku terbatas atau berulang yang secara signifikan mengganggu fungsi di semua aspek kehidupan
- Mengalami stress atau kesulitan besar ketika harus mengubah fokus atau tindakan
Perawatan ASD
Kini sudah banyak bentuk terapi dan intervensi perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup para penyandang autisme.
Ahli medis profesional sering merekomendasikan untuk segera melakukan terapi ini begitu diagnosa anak menunjukkan hasil autisme yang positif. Hal ini dikarenakan penanganan yang lebih awal akan sangat membantu pertumbuhan anak - anak penyandang autisme dalam beradaptasi dan mempelajari kemampuan baru.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa intervensi psikososial dapat meningkatkan kemampuan belajar, berkomunikasi, dan berinteraksi sosial pada anak dengan ASD.
Tak hanya itu, penting sekali untuk memberitahukan informasi - informasi relevan tentang autisme baik itu kepada si penyandang autisme maupun orang tua atau pengasuhnya tentang kebutuhan, tantangan, dan bantuan yang diperlukan oleh penyandang autisme.
Karena semua orang, termasuk para penyandang autisme, memiliki hak untuk hidup dan menikmati hidup yang berkualitas baik dari aspek fisik maupun mental.
WHO juga telah mendorong negara - negara untuk membangun inklusivitas dan akses kesehatan serta kesejahteraan bagi para penyandang autisme dalam Comprehensive Mental Health Action Plan 2013–2030. (afr)