- (ANTARA/Pixabay)
Ini Kata Psikolog Jika Tak Mampu Atasi Stres Sendiri
Jakarta - Psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami dari Universitas Gadjah Mada mengimbau masyarakat untuk mencari bantuan profesional bila tak mampu mengatasi stres secara mandiri.
"Cari bantuan profesional jika kita merasa tidak mampu mengatasi stres yang terjadi secara mandiri," kata anggota Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu kepada, Senin (10/10/2022).
Anggiastri mengatakan penting bagi seseorang untuk memiliki kesadaran akan kesehatan mental. Sebab, orang yang memiliki kesadaran yang baik akan kesehatan mental mampu memahami apa yang terjadi pada dirinya dan mencari bantuan, baik terhadap lingkungan maupun profesional, sedini mungkin.
Ia menjelaskan kemampuan dasar mengelola stres penting untuk dimiliki, misalnya dengan melakukan relaksasi sederhana.
Dia juga menyarankan untuk mencoba melakukan aktivitas serta menemukan hobi baru sebagai upaya mengelola stres.
Untuk menjaga kesehatan mental, dia menegaskan pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan terpenuhinya kebutuhan dasar, yakni tercukupinya asupan gizi, istirahat cukup, dan melakukan olah raga secara rutin.
Pola hidup tidak sehat seperti kurang tidur, malas bergerak dan terlalu sering mengkonsumsi makanan-makanan tidak sehat secara berlebihan seperti alkohol dan makanan yang berpotensi menyebabkan penyakit.
"Setelah hal-hal dasar ini terpenuhi kita bisa mencoba untuk menyempatkan diri terkoneksi dengan lingkungan sosial yang sehat, baik itu bertemu secara langsung maupun melakukan komunikasi jarak jauh," jelas dia.
Jauhi juga menarik diri secara berlebihan dari lingkungan.
"Penting memang bagi kita memberi ruang ketika dalam kondisi stres, namun terlalu lama menarik diri akan membuat kita terjerumus semakin dalam pada kondisi stres itu sendiri," ujar dia.
Dia juga menyarankan untuk tidak terlalu sering mengakses gawai. Kemajuan teknologi memang memberikan dampak pada kemudahan informasi dan hiburan, namun terlalu banyak menggunakan gawai akan dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
"Misalnya dengan terus menerus terpapar pada hal yang memicu stres," kata dia.
Menurut Anggiastri, keterbukaan informasi membuat seseorang jadi kerapkali membanding-bandingkan dirinya dengan kondisi ideal versi hal-hal yang terpampang di media sosial atau internet.
"Selain itu, orang juga dapat melakukan self-diagnose yang membuat dirinya merasa semakin terbebani, padahal belum tentu gejala-gejala yang muncul adalah symptom dari gangguan psikologis tertentu," katanya, menambahkan penegakan diagnosa pada seseorang memerlukan serangkaian pemeriksaan terstruktur. (ant/mii)