- tim tvOne - Sonik Jatmiko
Menikmati Nasi Nyangku Khas Lereng Slamet, Seperti Mengunyah Masa Lalu
Banyumas, Jawa Tengah - Kuliner selalu khas di tiap daerah. Biasanya menyesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan alam, juga budaya yang ada. Seperti warga di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas, ada nasi nyangku.
Dinamakan nyangku karena nasi lengkap dengan lauk, dibungkus dengan daun nyangku.
Pohon nyangku adalah tanaman perdu berbunga dari keluarga palma. Nama latinnya Molinera capitulata, ada yang menyebut sebagai rumput palm. Banyak tumbuh di daerah sejuk lereng gunung di wilayah Asia. Bentuk daunnya memanjang, lentur, halus tak berbulu. Ini yang menjadi alasan digunakan untuk membungkus nasi lauk.
Nasi nyangku, atau dalam bahasa lokal Banyumasan dikenal sebagai sega nyangku, biasanya dibuat saat ada hajatan.
"Entah itu kenduri lahiran, pernikahan, kematian, atau selamatan desa, nasi nyangku ini dibuat," ujar Sisworo, pemilik Oemah Nyangku di Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas Jateng.
Nasi nyangku, sudah ada sejak nenek moyang leluhur Sisworo. Pengalaman sejak kecil, jika ada hajatan, yang ditunggu adalah kaum laki-laki pulang menenteng nasi nyangku.
"Nikmat tiada tara. Begitu dibuka, ada nasi, lengkap dengan lauk di atasnya. Biasanya ada sayur pakis, sayur kecambah kedelai hitam, atau oseng teri. Lalu lauknya ada tempe goreng dan ayam goreng atau daging sapi goreng serundeng,"ujarnya.
Suasana gempita hajatan dan cita rasa nasi nyangku inilah yang selalu menggugah kenangan masa lalu. Makan nasi nyangku adalah moment membahagiakan dan kemewahan yang dirasakan di masa kanak-kanak.
Kekinian, nasi nyangku kembali dilestarikan menjadi komoditas kuliner. Tak melulu bagian dari ritus warga. Apalagi, wisata di kawasan Baturraden sedang berkembang. Banyak lokasi wisata bertumbuhan di desa wisata lereng Slamet ini. Kuliner menjadi wajib ada sebagai pelengkap wisata. Pun nasi nyangku, selalu tersedia kapan anda ingin memesannya. Tak harus menunggu ada hajatan.
Di seikat nasi nyangku tersampaikan banyak pesan. Ada ikatan tradisi yang membuat hidangan di dalamnya menjadi istimewa. Yang terpenting adalah ketersediaan tanaman nyangku di alam, menjadi pilihan nenek moyang untuk membungkus hidangan nasi lauk pada saat itu. Dan pilihan membungkus dengan daun nyangku inilah yang kini disebut eco-friendly.
Yang tersisa, nikmat dan tak membuat alam lingkungan ini makin dekat dengan kiamat. (Sonik Jatmiko)