- youtube.com
Sepenggal Kisah dr. Hastry, Dokter yang Pernah Identifikasi Mbah Maridjan di Merapi, Seperti Apa Kisahnya?
Selain itu, debu vulkanik panas erupsi Gunung Merapi membuat jasad para korban mengeras dan sulit diidentifikasi.
“(Wajahnya) keras juga, tertutup ya jadi usahakan kita kerok. Kita lihat apakah mungkin ada cacat lain. Dari baju juga sulit sekali diidentifikasi karena tertutup debu panas,” ungkap dr. Hastry.
Diketahui, erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 terjadi pada malam hari saat masyarakat sedang beristirahat dan terlelap tidur.
“Iya (jasad korban kaku), ada yang duduk, ada yang meringkuk gitu. Dan Mbah Maridjan waktu itu sih posisi memang sedang istirahat,” ujar dr. Sumy Hastry.
dr. Hastry kemudian mengungkapkan bahwa Mbah Maridjan ditemukan bukan dalam keadaan bersujud melainkan posisi tidur.
“Karena posisi tidur, jadi kesannya seperti bersujud. Tapi sebetulnya dia kayak menahan atau menekuk karena ketegangan otot tubuhnya. Jadi kesannya kayak sujud padahal ya tidak posisi tidur aja,” terangya.
Kemudian dr. Hastry juga merupakan ahli forensik, mengatakan bahwa jasad Mbah Maridjan baru bisa dievakuasi 3 atau 4 hari setelah erupsi Gunung Merapi. “Kayaknya hari ketiga atau keempat baru ditemukan di rumahnya,” ungkap dr. Sumy Hastry.
dr. Sumy Hastry juga melanjutkan, bahwa tim dokter forensik berkerja dengan sangat cepat agar para korban erupsi Gunung Merapi bisa segera dikebumikan.