- Kolase tvOnenews.com
Filosofi Hidup Jusuf Hamka, Bos Jalan Tol yang Bercita-cita Jadi Tukang Parkir, Jalan Tak Mudah..
Jakarta, tvOnenews.com - Kisah masa lalu Jusuf Hamka, jauh sebelum menjadi pengusaha kaya dengan harta berlimpah. Sang Konglomerat Jalan Tol tersebut melalui kehidupan yang tidak mudah.
Pria yang kerap disapa Babah Alun ini, diketahui seorang bos perusahaan jalan tol PT CITRA MARGA Nusaphala Persada (CMNP).
Babah Alun dikenal sebagai sosok yang memiliki sifat dermawan serta senang membantu orang di sekitarnya. Namun, siapa sangka cerita masa kecil pengusaha sukses berdarah Tionghoa ini cukup menyedihkan sekaligus menginspirasi.
Jusuf Hamka menceritakan kisah masa kecilnya, pada waktu itu sangat bercita-cita sebagai tukang parkir. Seperti apa kisahnya? simak selengkapnya di bawah ini.
Cerita masa kecil Jusuf Hamka, Sang Konglomerat yang bercita-cita sebagai tukang parkir. (Tangkapan layar Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo)
Alasan Jusuf Hamka sangat bercita-cita sebagai tukang parkir, berawal ketika berangkat ke sekolah dan melewati Metro Pasar Baru Jakarta, pada saat itu banyak teman-temannya yang ikut menjadi tukang parkir sekitaran belakang bangunan Metro Pasar Baru tersebut.
"Terus saya bilang, eh elu dapat berapa duit? seharian dapat 10.000 sampai 15.000, hari itu 1 mangkok Bakmi cuman 300 perak. 33 mangkok men 1 hari saya paling makan 2 mangkok sama sarapan 1, masih ada lebih 30," ucapnya yang dilansir dari tayangan Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo.
"Mimpinya itu doang, nggak lebih," tambahnya.
Ketika usia 15 tahun, bermimpi sebagai tukang parkir. Di kala itu hanya jualan gorengan, jualan es mambo dan mengaku bukan terlahir sebagai anak orang kaya.
"Saya bukan orang kaya, bapak saya Dosen, ibu saya guru. Tapi belakangan saya melihat gini, uang jajan saya kan terbatas," ujarnya.
Sebagai siswa dengan uang jajan yang terbatas. Ia mencari cara untuk menyiasati cari penghasilan di luar uang jajan yang diberikan orang tuanya.
Jusuf kecil ditawari oleh temannya untuk membantu dagang jual es mambo dari ibu temannya. Sepulang sekolah dirinya telah berjualan es mambo dan asongan yang berisi kacang goreng.
Ia pun mengaku mendapat untung 10 perak dari dagangan yang dijajakan. Tetapi, malah hasil akhirnya mendapat 120 perak hingga membuat teman-temannya heran.
"Itu orang beli, duitnya dikembaliin nggak mau, dilebihin duitnya kayak tip, kayak sedekahlah buat saya, karena saya jualannya di Masjid Istiqlal, " ucapnya.
Mohammad Jusuf Hamka. (Tim tvOne/Rika Pangesti)
Jusuf Hamka kecil pun mengaku bahwa pada saat itu dirinya mendapat hoki atau barokah saat berjualan di sekitaran Masjid Istiqlal.
Pada saat itu juga, Jusuf Hamka mengaku belum muslim.
Disinggung oleh Denny Sumargo, apakah saat itu Jusuf Hamka tidak malu, tapi dengan tegas Bos Jalan Tol itu menyatakan tidak malu.
"Sekarang saja tidak malu," tuturnya.
"Ada filosofi saya, gengsi makan biaya, kalau ini, gengsi akhirnya tidak punya biaya kalau malu. Gengsi itu makan biaya jadi buat apa kita malu-malu atau gengsi," ungkapnya.
"Selama kita nggak mencuri, selama kita nggak menipu, kenapa harus malu? halal-halal saja dan sah-sah saja," tambahnya.
Tanpa sepengetahuan orang tua Jusuf Hamka melakukan kegiatan jualan tersebut, karena berawal keinginan mendapat uang jajan lebih.
"Dulu kepengan beli permen karet, dulu kepengen beli stik yang wangi," jelasnya.
Selain itu, Jusuf Hamka menceritakan jalan panjang menuju kesuksesan hingga dijuluki sekarang sebagai bos jalan tol.
"Jadi saya dulu dari tahun 1970 hingga 1974-1975 saya masih di Kalimantan, saya tidur di atas Jamban," tuturnya.
"Tahu nggak jamban? ada jamban WC Umum, ada jamban kita bikin sendiri. Saya bikin dari kayu dirakit," tambahnya.
Waktu itu, Jusuf Hamka bercerita bahwa rumah tempat tinggalnya berdekatan dengan posisi jamban.
Ketika hendak makan untuk lumayan enak, ia harus mendayung ke kampung sebelah yang terdapat pasar yang hanya setiap minggu .
"Mungkin orang nggak percaya bahwa kami kadangkala, kalau lagi nggak punya duit, kami (sekeluarga) cuman punya nasi, lauk kami ikan yang pancing pakai sabun, bukan pakai makanan," ujarnya.
"Karena ikan ini kan kotor sekali, apa aja dia makan, namanya ikan lancang, orang Kalimantan Timur pasti tau," ujarnya.
"Itu ikan kotor sekali, tapi karena kita nggak punya uang waktu itu. Akhirnya mau nggak mau lah mancing dapet," jelasnya. (ind)
Dapatkan berita menarik lainnya dari tvOnenews.com dengan mengunjungi Google News