- ANTARA
Ahli Forensik dr Sumy Hastry Purwanti Temukan Ini Saat Periksa Jasad Teroris Noordin M Top, Ternyata…
Jakarta, tvOnenews.com - Seorang teroris telah membuat Indonesia berduka atas kejadian pengeboman yang terjadi beberapa tahun lalu di Bali, yaitu Noordin M Top.
Noordin M Top merupakan gembong teroris yang berasal dari Johor, Malaysia telah menjadi otak dari pengeboman yang terjadi beberapa tahun sebelumnya di Bali, pada tahun 2002 dan 2005, Bom JW Marriott (2003), Bom Kedutaan Besar Australia (2004) hingga Bom Mega Kuningan (2009).
Agar tidak ada lagi terjadi terorisme dengan pelaku yang sama, maka pihak kepolisian melakukan penyergapan kepada salah satu pelaku teroris bom Bali, Noordin Mohammad Top atau yang disebut Noordin M Top di Solo, Jawa Tengah.
Teroris yang paling diincar di Indonesia, Noordin M Top pada akhirnya tewas akibat meledakkan diri dari bom yang telah dirakitnya setelah dilakukan penyergapan oleh Polisi dan Densus 88.
Dalam pemberitaan yang disiarkan di beberapa stasiun TV, Polisi melakukan penyergapan kepada pelaku teroris tersebut hingga terjadi baku tembak. Namun, penyergapan tersebut berakhir dengan Noordin M Top meledakkan diri.
Mengetahui tentang apa yang terjadi saat itu, dr Sumy Hastry Purwanti seorang dokter ahli forensik menjelaskan apa yang terjadi ketika penyergapan terhadap Noordin M Top hingga jenazah diserahkan kepada keluarganya.
Seperti apa penjelasan dari dr Sumy Hastry Purwanti ketika peristiwa yang terjadi di Solo, Jawa Tengah 14 tahun yang lalu tersebut. Simak informasinya berikut ini.
Klarifikasi Kejadian Menurut dr Sumy Hastry Purwanti
dr Sumy Hastry Purwanti Melakukan Autopsi Terhadap Teroris Noordin M Top. (Kolase tvOnenews)
Seorang Ahli Forensik, Kombes Pol. dr Sumy Hastry Purwanti atau kerap disapa dengan dr Hastry menjelaskan ketika dilakukannya penyergapan terhadap seorang teroris kelas kakap, Noordin M Top yang terjadi di Solo, Jawa Tengah pada 17 September 2009 tepatnya 14 tahun yang lalu.
Rupanya, dr Hastry berada di lokasi kejadian saat berlangsungnya penyergapan oleh Polisi disertai dengan Densus 88. Sempat terjadi penembakan antara polisi dan anak buah Noordin M Top.
dr Sumy Hastry menyaksikan setiap detik dilakukannya penyergapan tersebut hingga Noordin M Top tewas dalam penyergapan tersebut dan dibawanya ke ruang autopsi jenazah.
Dokter Hastry telah diwawancarai oleh Magician, Denny Darko melalui sebuah tayangan video yang diunggah melalui kanal Youtube Denny Darko pada beberapa waktu lalu.
Keduanya melakukan wawancara di Rumah Sakit Bhayangkara Polri, Semarang. dr Sumy Hastry mengatakan jenazah Noordin M Top setelah meledakkan diri, dibawa ke rumah sakit tersebut tepatnya di ruang jenazah tempat Denny dan dr Hastry melakukan wawancara.
“Beberapa kali pernah terorism di Wonosobo, Solo, dan ada Noordin M Top dulu 2009,” ungkap dr Hastry yang pernah melakukan pekerjaannya sebagai tim dokter saat menangani kasus terorisme.
Ia mengatakan jenazah sempat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri, Semarang sebelum dibawa ke Jakarta untuk melakukan proses autopsi.
“Iya, dulu di sini. Kita periksa terus dibawa ke Jakarta,” ujarnya.
dr Hastry mengaku sempat belajar mengenai ilmu forensik Post Blast Injury di Australia. Namun saat terjadinya penyergapan tersebut, ia belum menerima ilmu tersebut.
“Waktu itu saya belum belajar, Post Blast Injury nya tahun 2011,” kata dr Hastry.
Ahli Forensik, dr Sumy Hastry Purwanti. (Ist)
Sebagai ahli forensik kepolisian, Ia menjelaskan ilmu tersebut sangat penting di dunia forensik untuk mengetahui bagaimana terjadinya seseorang meninggal akibat ledakan bom maupun tembakan yang kerap terjadi pada kasus terorisme.
“Memang penting sekali, saya belajar tentang luka karena ledakan termasuk karena senjata api itu membuktikan memang bomnya itu dimana gitu. Apakah betul korban itu membawa Bom, apakah bom itu ada di dekatnya, atau korban ada di deket yang bawa bom atau jauh itu dari luka-lukanya,” jelasnya.
“Itu (hasil forensik) tidak bisa bohong, CCTV juga kalah dari kita yang identifikasi. Kita juga harus tahu, dia atau bukan sih yang membawa bom,” lanjutnya.
Kala itu, dr Hastry ditugaskan untuk siaga selama 3 hari saat terjadinya penyergapan terhadap teroris kelas kakap tersebut.
“Saya ingat sekali proses penangkapannya Noordin M Top disiarkan live di TV di Solo. Saya ingat, saya ngikutin dari pagi sampai sore,” ucap Denny Darko kepada dr Hastry.
“(Saat penangkapan itu) saya sudah 3 hari ada di TKP,” ungkap dr Hastry.
“Oh gitu?” tanya Denny Darko.
“Setelah diperiksa di sini, kita bawa ke Jakarta untuk di autopsi. Disana, menunggu keluarganya untuk mengambil, Keluarga dari Malaysia,” jelas dr Hastry.
Kemudian, Denny Darko meminta kejelasan kepada dr Hastry mengenai pemberitaan yang terjadi saat itu bahwa Noordin M Top meninggal karena meledakkan diri.
“Tapi dok, memang benar, kalau yang dijumpai itu benar Noordin M Top yang meledakkan diri?” tanya Denny Darko.
“Iya benar,” jawab dr Hastry
“Jadi waktu itu, dia itu benar meninggal karena meledakkan diri? Karena saya ingat, waktu itu ada baku tembak dulu?,” Denny Darko mengkonfirmasi kembali.
“Iya, iya betul (meledakkan diri). Baku tembaknya dri anak buahnya,” jelas dokter Hastry.
“Setelah aman, tim penyisir bom masuk memastikan nggak ada bom lagi, baru tim Dokpol masuk untuk evakuasi jenazah,” terusnya.
Jenazah Masih Bisa Dikenali
dr Sumy Hastry Purwanti bersama Magician, Denny Darko. (Ist)
Ketika itu ia tak diberitahu bahwa seorang teroris yang akan ditangkap oleh pihak kepolisian merupakan Noordin M Top. Hastry hanya diminta untuk siaga sebagai tim dokter.
“Saya waktu itu disuruh berjaga siaga oleh tim Dokpol saya. Saya nggak tahu kalau yang mau ditangkap itu Noordin M Top. Cuma kita disuruh siap-siap aja,” tutur Hastry kepada Denny Darko.
“Lha, itu sesama polisi nggak saling memberitahu?” tanya Denny.
“Enggak, karena itu kan rahasia. Yang penting, saya selaku tim forensik harus diminta stand by. Kita nunggu disana sampai hari ketiga,” jawabnya.
Ketika dr Hastry berada di TKP, dirinya mengaku menyaksikan saat Densus 88 menyergap pelaku teroris tersebut bersama kawanannya.
Setelah terjadi peristiwa tersebut, tim Dokpol membawa 4 jenazah yang terdiri dari 3 anak buah dan Noordin M Top sendiri.
“Ternyata setelah terjadi baku hantam dan tembak-tembakan serta peledakan diri itu, ada 4 jenazah,” terangnya.
“Kita periksa, 4 jenazah itu adalah Noordin M Top dan 3 anak buahnya. Istrinya nggak apa-apa,” sambung dr Hastry.
Setelah itu, ia dan timnya melakukan pencocokan identitas dari foto yang diberi kepolisian dengan wajah jenazah tersebut.
“Kita lihat dari fotonya, dari wajahnya yang sudah ada, ternyata benar itu Noordin M Top,” kata Dokter Hastry.
“Waktu (tewas) meledakkan diri, wajahnya masih bisa dikenali?” cecar Denny Darko.
“Masih, wajahnya masih dikenali,” jawabnya.
“Dan memang dari awal, kita nggak tahu. Yang penting dia itu teroris, diduga Noordin M Top. Ternyata berhasil juga, polisi menangkap sampai dia (Noordin M Top) meledakkan diri,” sambungnya.
Noordin M Top seorang teroris kelas Kakap yang tewas dalam penyergapan Polisi bersama Densus 88 di Solo, Jawa Tengah pada 14 tahun yang lalu.
Ia menjadi dalang dari pengeboman yang terjadi di sejumlah titik di Indonesia pada beberapa tahun sebelumnya. (Kmr)