Gara-gara Perkataan ini, Soeharto Tersinggung dan Marah ke Benny Moerdani, Padahal Tadinya sedang Main Biliar Bersama.
Sumber :
  • tvOnenews.com

Gara-gara Perkataan ini, Soeharto Tersinggung dan Marah ke Benny Moerdani, Padahal Tadinya sedang Main Biliar Bersama

Minggu, 2 Juli 2023 - 16:50 WIB

tvOnenews.com - Sederet polemik semasa hidup Soeharto, mantan Presiden kedua Republik Indonesia, merupakan bagian dari sejarah Indonesia setelah merdeka.

Namun, wafatnya Jenderal Soerhato yang dijuluki The Smiling General itu tentu menyisakan duka mendalam bagi keluarga Cendana pada masa itu.

Ada satu kisah menarik soal hubungan Soeharto dengan mantan Panglima ABRI, Jenderal Benny Moerdani semasa hidup mereka.

Simak kisah Soeharto yang pernah tersinggung dan marah kepada Benny Moerdani berikut ini.

Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani, atau L.B. Moerdani, atau juga kerap disebut Benny Moerdani merupakan salah satu tokoh militer Indonesia paling berpengaruh pada masa Orde Baru

Gara-gara Perkataan ini, Soeharto Tersinggung dan Marah ke Benny Moerdani, Padahal Tadinya sedang Main Biliar Bersama. Source: tvOnenews.com

Benny Moerdani kala itu dikenal sebagai perwira TNI yang banyak berkecimpung di dunia intelijen, sehingga sosoknya dianggap misterius.

Christianto Wibisono, mantan jurnalis sekaligus pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia mengisahkan bahwa hubungan Soeharto dan Benny Moerdani kala itu sangat erat.

Bahkan Christianto Wibisono juga menyebut bahwa Benny Moerdani merupakan anak 'emas' Soeharto. 

Karier militer Jenderal TNI Benny Moerdani saat itu memang mahsyur, hingga ia mampu menembus posisi Panglima ABRI di era Orde Baru. 

Namun, meski demikian, kedekatan Soeharto dengan Benny Moerdani tersebut bukan tanpa ujian. Hubungan keduanya pernah retak pada akhir karier Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI. 

Dilansir dari buku berjudul 'Benny Moerdani yang Belum Terungkap' terbitan (2018) menyebutkan sebab keretakan hubungan Soeharto dipicu akibat dirina mencopot jabatan Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI kala itu.

Pencopotan jabatan Jenderal TNI Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI oleh Soeharto kemudian dianggap janggal oleh publik saat itu.

Sebab, saat itu, Benny Moerdani dicopot dari jabatannya persis seminggu sebelum berlangsungnya Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Perlu diketahui bahwa, peralihan tongkat komando tertinggi militer yang umum dilakukan sebelumnya yaitu selalu berbarengan dengan pembentukan kabinet baru.

Rumor terkait keretakan hubungan Benny Moerdani dari lingkaran Cendana menguat setelah Soeharto membubarkan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkantib). 

Tentunya, Kopkantib merupakan pasukan yang dipimpin Benny Moerdani kala itu. Namun meski begitu, setelah jabatannya sebagai Panghlima ABRI dicopot, Benny Moerdani masih memliki peran.

Soeharto saat itu lantas memberikan Benny Moerdani jabatan sebagai menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan V. 

Namun ternyata, kegiatan Benny Moerdani saat itu hanya sebatas kegiatan seremonial saja, sementara ia merasa kekuatan militernya justru semakin terkikis dengan jabatannya saat itu.

Buntutnya, banyak isu beredar bahwa hubungan Soeharto dan Benny Moerdani retak karena kabarnya Benny Moerdani mengincar kursi wakil presiden dan merencanakan kudeta atas Soeharto. 

Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjen (Purn) Haryoto PS yang bertugas saat itu, bergegas mengklarifikasi isu dan penyebab hubungan Soeharto dan Benny yang disebut merenggang. 

Menurut Haryoto, Benny Moedani bukan karena dua rumor tersebut hubungan Benny dan Soeharto menjadi tidak harmonis.

Haryoto mengungkapkan bahwa Benny Moerdani saat itu memberikan kritik terhadap Soeharto. Menurutnya, Benny Moerdani mengingatkan Soeharto soal bisnis yang banyak dijalankan oleh anak-anak keluarga Cendana. 

"Bapake nesu banget mergo anake dipermasalahke (Bapak marah sekali karena anak-anaknya dipermasalahkan)," ujar Haryoto. 

Benny Moerdani pun sempat menceritakan terkait kritikan tersebut kepada mantan dokter tentara dalam Operasi Mandala, Brigadir Jenderal Purnawirawan Ben Mboi.

Saat Benny Moerdani sedang menemani Soeharto bermain biliar di kediaman Cendana, ia lantas memberanikan diri mengutarakan pendapatnya agar Soeharto menjauhkan anak-anaknya dari bisnis kekuasaan. 

"Ketika saya angkat masalah anak-anaknya itu, Pak Harto berhenti bermain, masuk kamar tidur, dan meninggalkan saya di kamar biliar," terang Benny saat bercerita kepada Ben Mboi.

Ternyata Benny Moerdani juga sempat menolak campur tangan anak Soeharto dalam urusan pengadaan alat utama sistem senjata ABRI sebelum kejadian tersebut. 

Hal ini kemudian diungkapkan oleh mantan asisten Benny Moerdani yang enggan disebut namanya. 

"Pak Benny beberapa kali menolaknya," kata mantan asisten Benny Moerdani. 

Sementara itu, rekan Benny dari Centre for Strategic and International Studies, pada 1980-an, yakni Jusuf Wanandi, mengungkapkan bahwa bisnis anak-anak Soeharto kala itu sudah merajalela ke semua sektor. 

"Semua-semuanya ingin ditataniagakan," ujar Jusuf, awal September 2014. Keresahan Benny terhadap bisnis anak Soeharto juga kemudian dirasakan oleh mantan Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III, Ali Moertopo. 

Ali Moertopo saat itu pernah berpesan kepada Jusuf Wanadi agar berbicara kepada Benny tentang anak-anak Soeharto. 

"Minta dia bicara ke Pak Harto untuk tertibkan anak-anaknya," ujar Ali yang ditirukan Jusuf. 

Bahkan, Benny Moerdani sempat menahan paspor salah seorang putra Soeharto, Sigit Harjojudanto dengan tujuan agar Sigit tak bisa lagi ke luar negeri untuk berjudi. 

Perkataan-perkataan itu yang kemudian disebut sebagai pemicu retaknya hubungan Soeharto dengan Benny Moerdani. 

Seoharto kemudian pernah menyesali karena tidak mendengar perkataan dan mendiamkan Benny Moerdani.

Ungkapan rasa sesal Soeharto kemudian diutarakan kepada Benny Moerdani saat ia tengah terbaring lemah di RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Kala itu, Soeharto mengungkapkan penyesalannya karena tidak mendengarkan pendapat Benny Moerdani soal anak-anaknya. 

Disebutkan saat itu Soeharto berbicara kepada Benny Moerdani dengan ekspresi sedih. Sambil berkaca-kaca, Soeharto pun menyebut bahwa omongan Benny Moerdani itu benar soal apa yang dikerjakan anak-anak Soeharto. 

"Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan seperti ini)," tutur Soeharto, seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan RS saat itu. 

Dua hari setelah kunjungan Soeharto ke rumah sakit, Benny Moerdani pun menghembuskan nafas terakhirnya pada 29 Agustus 2004.

 

Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News.

(udn)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:31
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
Viral