Jazz Gunung Bromo 2023.
Sumber :
  • Tim tvOnenews/Ammar Ramzi

Jazz Gunung Bromo 2023 Buktikan Bahwa Musik Jazz Tidak Eksklusif, Malah Bisa Dikolaborasikan dengan …

Senin, 24 Juli 2023 - 09:26 WIB

tvOnenews.com – Gelaran Jazz Gunung Bromo 2023 membuktikan bahwa musik jazz tak bersifat eksklusif sebagaimana yang ada di kepala kebanyakan orang, musik jazz hanya dinikmati mereka yang berjas dan berdasi.

Jazz Gunung Bromo 2023 bahkan menyajikan secara langsung bagaimana musik jazz bisa berkolaborasi dengan genre apapun, mulai dari pop, rock, dangdut-koplo, bahkan musik tradisional Indonesia yang kental dengan alunan gendang dan suling.

Perpaduan jazz dan berbagai genre itu terasa amat kental di hari kedua Jazz Gunung Bromo 2023, Sabtu (22/7/2023). 

Di awali dengan penampilan Margie Segers & Ermy Kullit feat Yonkeys. Sajian kolaborasi perdana ini berhasil membuat interaksi yang hangat dengan penonton sejak lagu ‘Naik-Naik Ke Puncak Gunung’ hingga deretan hits di era 80-an dinyanyikan.

Kolaborasi kedua berlanjut lewat penampilan Varnasvara feat Daniel Dyonisius. Melalui nuansa jazz rock yang bereksplorasi pada harmoni alat musik tradisional seperti tehyan dan kenong yang dipadukan dengan musik elektronik dan bahasa musik daerah di Indonesia, grup musik ini tampil menawan dengan enam lagu orisinil mereka.

Mengutip Ermy Kullit bahwa ‘Jazz itu kebebasan dalam keteraturan’ sangat dapat dirasakan di kolaborasi ketiga antara band funk jazz rock asal Prancis, SECOND BRAIN dengan tiga pemain alat musik tiup asal Indonesia, Ricad Hutapea, Eggy Bayu, dan Parti Aditia Faoth yang sangat skillful. 

Perpaduan yang liar dan saling bersaut dalam tujuh komposisi sukses disajikan dengan apik. Selanjutnya ada Ring of Fire Project yang selalu bisa menjadi api membara di setiap penampilannya pada Jazz Gunung Bromo. 

Alunan musik modern yang juga kental dengan nuansa etnik secara bersamaan membuat Amfiteater Bromo jadi terasa bersemangat dan bernyawa meski kabut tebal sudah menyelimuti lokasi sejak sore hari.

Jama'ah Al-Jazziyah, sebutan bagi penonton Jazz Gunung Bromo tak kuasa menahan goyang dan sing along saat Denny Caknan benyanyi lagu ‘Los Dol’ bersama Ring of Fire Project. 

Mereka berdiri dan bergoyang menikmati koplo bercampur jazz. Menutup Jazz Gunung Bromo tahun ini, Yura Yunita berhasil membuat Jama'ah Al-Jazziyah sesekali meneteskan air mata haru dan ekspresi penuh suka cita dengan lagunya yang sarat akan makna hidup, cinta, dan pencarian jati dirinya. 

Sungguh sebuah sajian yang sangat hangat dan bermakna. Para penonton pun terlihat begitu berkesan setelah meninggalkan area Amfiteater Jiwa Jawa Resort untuk Jazz Gunung Bromo 2023.

Komitmen para pendiri Jazz Gunung Bromo

Sudah 15 tahun sejak diselenggarakannya gelaran Jazz Gunung Bromo, para founder (pendiri) yang terdiri dari Sigit Pramono, Djaduk Ferianto (alm), dan Butet Kartaredjasa memiliki pemahaman bahwa musik jazz memang bukan budaya Indonesia. 

Namun musik jazz telah menjembatani pertemuan budaya yang memberikan ruang ekspresi untuk budaya lokal Indonesia itu sendiri.

“Saat itu masih menampilkan Kua Etnika bersama Djaduk yang kemudian bertransformasi menjadi Ring of Fire Project untuk mengakomodir kolaborasi musisi jazz dan musik tradisional,” kenang Sigit.

Kini Bintang Indrianto yang didapuk menjadi kurator Jazz Gunung Indonesia juga membentuk Blue Fire Project by Bintang Indrianto yang juga memiliki spirit merawat kesenian musik tradisional. 

Ia bersama musisi tradisional Banyuwangi membuat aransemen kolaboratif jazz dan etnik yang ritmisnya lebih progresif sesuai dengan alat musik tradisional yang digunakan. (amr)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:04
03:16
05:48
13:01
07:14
01:12
Viral