- tim tvOnenews
Ingin Menikah dengan Perempuan Jepang? Pikir-pikir Dulu Soal Hal ini, Jangan Asal Lihat Cantik, Ternyata Perempuan Jepang Menyimpan...
tvonenews.com - Perempuan Jepang memiliki pamor popularitas yang cukup tinggi terutama di Asia, dan tak sedikit orang yang ingin menikah dengan mereka.
Umumnya perempuan Jepang memiliki paras ayu yang unik, rambut indah, tubuh seksi dan kulit yang kencang.
Perempuan Jepang juga dikenal dengan tingkat kesopanan tinggi dan menjaga budi pekerti serta budaya leluhur sebagai identitas mereka.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa berkencan dan menikah dengan perempuan Jepang merupakan hal yang berbeda. Apakah yang membuat perempuan Jepang berbeda setelah menikah, simak selengkapnya berikut ini.
Dilansir Selasa (01/08/23) dari tayangan YouTube channel Data Fakta dengan judul "Petimbangkan Ini Jika Ingin Menikah Dengan Perempuan Jepang," yang diunggah pada 31 Januari 2023.
Bagi para lelaki Jepang, mereka sudah mengetahui fakta bahwa status dan legalitas hubungan mereka setelah menikah dan memiliki anak sangat berbeda.
Karena setelah menikah perempuan Jepang cenderung akan berubah dari gadis cantik dan menggemaskan menjadi seorang bos dirumah.
Bagi orang asing diluar Jepang, tentunya fakta tersebut agak sulit diterima dan berpotensi bagi siapapun akan sulit merasa bahagia.
Setelah menikah, faktanya perempuan Jepang akan berubah dalam tiga tahap. Sebelum menikah perempuan Jepang akan sangat kawaii atau menggemaskan dan baik hati.
Karakteristik perempuan Jepang satu ini sudah banyak diketahui dunia dan membuat banyak lelaki terpesona.
Setelah menikah perempuan Jepang akan lebih menonjol dan lebih kuat. Setelah punya anak, perempuan Jepang akan berubah menjadi monster yang lebih kuat lagi.
Mereka umumnya kerap memerintah para suami dan suami akan enggan untuk berbicara kembali dan menuruti perintah istri.
Hal ini yang membuat banyak lelaki Jepang memilih ritual untuk minum sampai larut setelah pulang bekerja.
Jika di negara barat, istri dianggap sebagai pengangguran dan rentan secara sosial, namun di Jepang, ibu rumah tangga merupakan profesi dan seringkali kerap disebut majikan.
Menurut tulisan Merry White dengan judul Home Truths: Women and social change in Japan, ibu rumah tangga Jepang mendominasi keluarga mereka.
Bahkan terkadang menurut para suami di Jepang, pernikahan merupakan bentuk perbudakan antara ibu rumah tangga dan suami.
"Di Jepang, kami masih memiliki sistem perbudakan, namanya adalah pernikahan," ujar Mashida dalam salah satu channel YouTubenya.
Jika di negara barat, suami dan istri merupakan mitra kehidupan, baik suami dan istri memiliki rekening ini sangat umum. Namun di negeri Sakura hal seperti itu dianggap sebagai kepalsuan.
Di Jepang, setelah menikah, istri akan bertugas mengatur semua keuangan dalam keluarga. Istri di Jepang juga diibaratkan seperti Yakuza, karena menganggap anggota keluarga sebagai bawahan dan memaksanya untuk membayar semua penghasilan mereka kepada sang istri.
Jadi bagi para suami di Jepang, mereka akan membayar semua kepada bos mereka di rumah, dan sisa uang dihabiskan untuk miinum.
Umuumnya lelaki Jepang tidak membantu istri dalam hal mengasuh anak, akan tetapi perempuan Jepang tidak mau bekerja keras setelah menikah.
Perempuan Jepang juga berbeda dengan perempuan lain di dunia. Setelah menikah mereka umumnya enggan bekerja keras, mereka hanya ingin pergi ke cafe dan bergaul dengan ibu-ibu rumah tangga seprofesi mereka dengan menggunakan uang suami mereka.
Kebahagiaan perempuan Jepang berbeda dengan apa yang didefinisikan perempuan barat. Bahkan perempuan Jepang juga tidak tertarik menjadi pemimpin.
(udn)