- Kolase tvOnenews.com
dr Hastry Ungkap Kejadian Asli saat Identifikasi Jenazah Mbah Maridjan yang Tewas di Merapi, Tak Disangka Hal ini Terungkap ...
tvOnenews.com - Ahli Forensik dr Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan soal hasil identifikasi jenazah Mbah Maridjan, yang wafat saat meletusnya gunung merapi pada tanggal 16 Oktober 2010 silam.
Kilas balik, kejadian besar bencana alam erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 lalu.
Ratusan orang yang menjadi korban akibat bencana alam ini.
Mbah Maridjan.
Saat itu, juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan juga termasuk sebagai salah satu korban yang meninggal akibat peristiwa tersebut.
Di balik kematian Mbah Maridjan, beredar bahwa meninggalnya karena terkena awan panas dengan posisi bersujud.
Lantas, apakah benar posisi terakhir Mbah Maridjan dalam keadaan bersujud? simak penjelaskan lengkap dari dr Sumy Hastry.
Seorang Dokter Ahli Forensik, dr Sumy Hastry Purwanti menjelaskan kondisi sebenarnya jenazah Mbah Maridjan saat ditemukan dan dibawa ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. Ia juga menemukan fakta lain pada saat bencana alam itu terjadi.
dr Sumy Hastry jelaskan kondisi korban erupsi gunung merapi
Seorang Dokter Forensik, Kombes. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F atau kerap disapa dr Hastry menceritakan pengalamannya dalam mengidentifikasi korban Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 lalu.
Dirinya yang kala itu bertugas di RS Bhayangkara, Semarang, Jawa Tengah menerima tugas untuk membantu dalam mengidentifikasi korban yang berada di Yogyakarta. dr Hastry menceritakan pengalamannya kepada Denny Darko dalam kanal YouTube Denny Darko.
Kemudian, Denny Darko menanyakan bagaimana kondisi jenazah yang telah ditemukan oleh tim evakuasi saat bencana alam Erupsi Gunung Merapi terjadi.
“Mayoritas kondisi jenazah seperti apa kondisinya?” tanya Denny Darko.
“Kena abu putih panas semua,” jawab dr Hastry.
Dokter Forensik dr. Sumy Hastry Purwanti.
Denny pun menanyakan kondisi korban meninggal, ternyata menurut Dokter Hastry korban meninggal karena terhirup abu vulkanik yang keluar dari Gunung Merapi.
“Meninggalnya mayoritas karena terhirup (abu) sehingga terjadi pneumonia atau karena melekat di kulit?” Denny Darko kembali menanyakan kepada Dokter Hastry.
“Iya, terhirup masuk awan panas, abu panas dengan pasir terhirup jadi satu, jadi langsung meninggal ditempat. Tubuhnya tertutup debu panas, kayak patung lilin putih gitu aja,” Jawab dokter sambil menerangkan kondisi korban.
Selain tubuhnya yang kaku karena tertutup abu panas, wajah dari korban pun sulit teridentifikasi karena telah mengeras dan terkena abu panas. Begitu juga dengan baju yang dikenakan korban sudah tidak berbentuk dan ikut mengeras.
“(Wajahnya) keras juga. Ya tertutup, jadi usahakan kita kerok (abunya) kita lihat, apakah mungkin ada cacat lain,” tuturnya.
Kondisi saat Mbah Maridjan meninggal
Pada waktu bencana alam tersebut, Gunung Merapi mulai meluncurkan awan panasnya pada malam hari. Sehingga beberapa masyarakat sudah mulai beristirahat.
“Dalam keadaan kaku itu? Posisinya semua dalam kondisi tidur berarti?,” ungkap Denny Darko menanyakan pada dr Hastry.
Ia mengatakan kondisi korban mayoritas sedang beristirahat, termasuk Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
“Iya, ada yang duduk, meringkuk gitu. Dan Mbah Maridjan waktu itu sih posisi memang sedang istirahat,” jelas Ahli Forensik tersebut.
“Karena posisi tidur, jadi kesannya seperti bersujud. Tapi sebetulnya dia kayak menahan atau menekuk dengan ketegangan otot tubuhnya. Jadi kesannya kayak sujud, padahal ya tidak posisi tidur aja,” sambungnya.
Sepenggal kisah dr. Hastry pernah Identifikasi Mbah Maridjan di Merapi. Menurut Hastry, jenazah Mbah Maridjan ditemukan di kediamannya sekitar pada hari ketiga setelah erupsi.
“Kayaknya hari ketiga atau keempat baru ditemukan, di rumahnya” katanya.
Selain itu, pihaknya juga mengungkap bahwa ia bersama tim bekerja dengan cepat agar seluruh korban dapat segera terhitung dan menghindari risiko dari dampak abu vulkanik saat bekerja.
“Lah itu memang kita identifikasinya biar cepat aja dan segera dimakamkan. Karena debu panasnya juga dapat mengganggu kami dan tim. Supaya pemerintah Kota Yogyakarta juga dapat jelas nih yakin jumlah total semuanya (korban) berapa. Jadi misal kalau ada letusan lagi, ibaratnya kan sudah siap dan tidak terpaku untuk tinggal disitu dan mau dievakuasi,” tutupnya.
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 menjadi peristiwa besar hingga menewaskan setidaknya sekitar 389 orang tewas termasuk juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Adapun beberapa fakta yang dapat terlihat dari ganasnya letusan Gunung Merapi dapat terlihat salah satunya pada sebuah museum di Yogyakarta, yaitu Museum Mini Sisa Hartaku.
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini