Santri menari sufi di Pondok Pesantren Al Islah Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno

Tari Sufi, Berdakwah Melalui Media Seni di Ponpes Al Islah Semarang

Senin, 10 Januari 2022 - 16:29 WIB

Semarang, Jawa Tengah - Cinta kepada sang pencipta. Itulah makna dari tari sufi, seni relijius yang dikenalkan oleh ulama dan penyair Turki Jalaludin Rumi. Seni itulah yang diajarkan kepada santri di Pondok Pesantren Al Islah Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, sebagai salah satu media dakwah.

Adalah Kyai Budi Harjono, pengasuh pondok yang menanamkan rasa cinta kepada Tuhan lewat berbagai cara, satu diantaranya adalah tari sufi.

Pondok Pesantren Al Islah berada di tengah perkampungan, agak berbukit dengan naungan pepohonan. Cukup sederhana, namun di dalamnya terkandung ajaran mulia yang didapatkan para santri.

Tari sufi diajarkan kepada santri baik laki-laki maupun perempuan. Tempatnya di serambi pondok yang lumayan luas untuk menampung sepuluh penari. Sesekali juga berlatih di halaman rumput.

Tari  sufi didominasi gerakan memutar, sementara tangan dan kepala membentuk beberapa perpaduan gerak. Menurut Kyai Budi, gerakan ini mengandung filosofi yang amat dalam.

"Kekuatan cinta pada Tuhan adalah dasar dari tari sufi. Tari sufi melambangkan kemabukan dalam pelayanan hidup. Kalau orang suka sendiri, ia cenderung egois. Tapi saat larut dalam samudera kebersamaan, ia akan  mabuk pelayanan sampai ia tak tahu siapa dirinya, dan pada pada saat itu Tuhan bermahkota di hati," ungkap Kyai Budi.

Ekspresi rasa cinta kepada sang pencipta, lanjutnya, juga tercermin dari busana tari sufi. Berupa jubah panjang yang tergerai, ada ikatan tali di bagian pinggang, serta penutup kepala yang tinggi. Busana jubah juga sesuai dengan ajaran Islam tentang pakaian bersih dan menutup aurat.

"Gerakan memutar dilakukan ke arah kiri, ini seperti halnya  putaran tawaf mengelilingi Ka'bah," jelasnya.

Di Pondok Pesantren Al Islah, ada sentuhan berbeda pada iringan musiknya, karena memadukan nada dan irama Timur Tengah dengan Jawa. Yaitu perkusi yang dipadukan dengan siter dan  seruling.

"Dalam sekali menari, para santri ini bisa berputar lebih dari seratus kali. Pendalaman dan rasa cinta membuat kepeningan akibat berputar menjadi tak terasa," kata Kyai Budi membuka rahasia mengapa penari sufi tidak pusing meski berputar searah begitu lama. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:29
01:44
01:26
01:31
02:50
03:27
Viral