- Tim tvOne - Syamsul Arifin
Mengenal Tyto Alba, Sang Pemburu Hama Tikus Penjaga Sawah Petani
Demak, Jawa Tengah – Burung hantu jenis tyto alba yang juga dikenal dengan Serak Jawa, merupakan salah satu jenis burung predator pemangsa yang populer untuk mengendalikan hama tikus, baik di area perkebunan maupun pertanian.
Berkaca dari banyaknya kejadian orang tersengat jebakan tikus beraliran listrik, kehadiran tyto alba kini menjadi perhatian luas.
Bahkan Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi mengimbau kepada para petani dalam mengendalikan hama tikus menggunakan cara-cara alami. Salah satunya memanfaatkan burung hantu tyto alba.
Salah satu tempat yang dikenal sebagai pelopor kawasan budi daya burung hantu tyto alba terdapat di Kabupaten Demak, tepatnya di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur.
Para petani sekitar tahun 2010, membudidayakan tyto alba ini, salah satu species burung hantu yang mudah dikembangkan. Jenis ini termasuk dalam barn owl (burung hantu gudang), relatif terbiasa dengan kehadiran manusia, burung ini cenderung memanfaatkan bangunan sebagai sarang.
" Burung hantu jenis ini merupakan salah satu predator pemangsa tikus. Jadi burung ini dapat dimanfaatkan dilahan pertanian sebagai pengendalian hama tikus secara alami,” kata Minto (52) pengelola karantina dan budidaya tyto alba di Desa Tlogoweru, Selasa (11/1/2022)
Menurut Minto, yang juga Kaur Pemerintahan Desa Tlogoweru, awalnya para petani resah karena munculnya hama tikus yang menyerang areal pertanian. Akibat serangan tikus itu, areal pertanian menjadi rusak.
“ Berbekal keprihatinan atas kondisi yang dialami para petani, kelompok tani yang dipimpin Pak Pujo Arto kemudian mempunyai inisiatif mengembangkan budi daya burung hantu. Kami pernah menggunakan cara tradisional, seperti gropyokan atau pengasapan, namun tidak membuahkan hasil dan justru membuat serangan tikus semakin meraja lela”, ungkap Minto.
Kehadiran tyto alba sangat efektif membasmi hama tikus, karena burung ini dapat memangsa hingga 3 ekor tikus perhari. Dan dapat membunuh dengan cengkramannya sampai 10 ekor tikus perhari,
Dibantu penyuluh Dinas Pertanian setempat, para petani kemudian mulai beternak dan menangkarkan burung hantu ini. Dalam waktu tidak lebih dari enam bulan, puluhan burung hantu berhasil dikembangbiakkan.
Binatang predator ini selanjutnya diserahkan kepada para petani untuk ditempatkan di sawah-sawah sebagai pemburu tikus.
Agar burung pemburu tikus ini bisa berkembang biak dengan pesat, para petani lainnya dihimbau ikut mengembangkan budi daya tyto alba.
“Kehadiran tyto alba sangat efektif membasmi hama tikus, karena burung ini dapat memangsa hingga 3 ekor tikus perhari. Dan dapat membunuh dengan cengkramannya sampai 10 ekor tikus perhari”, ungkap Minto.
Setelah lebih dari 12 tahun berjalan, para petani sudah berhasil membiakkan lebih dari 1000 burung hantu, yang tersebar di wilayah Demak, Kudus dan Pati.
Kepala Desa Tlogoweru, Sutejo (55) menyatakan, keberhasilan kelompok tani di desanya dalam melakukan karantina tyto alba kini menjadi inspirasi para petani dari wilayah lain.
“Saat ini banyak petani dari daerah lain, baik dari Jawa Tengah, bahkan luar Jawa datang ke Demak untuk belajar pengembangbiakan tyto alba ini,” jelas Sutejo.
Karena banyak yang berkunjung, desa Tlogoweru kini dikenal sebagai desa wisata pengembangan burung hantu. Saat ini di desa Tlogoweru didirikan ratusan rumah burung hantu (rubaha), sehingga setiap malam hari bisa didengar suasana khas burung hantu.
“Tidak hanya melihat dari dekat budi daya tyto alba, para pengunjung juga bisa menyaksikan suasana malam saat burung burung hantu ini keluar mencari mangsa”, pungkas Sutejo. (Syamsul Arifin)